Kucing Kerap Dijadikan 'Korban' untuk Informasi Sesat

Ilustrasi - Kucing salah satu jenis hewan peliharaan.(Pixabay)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 3 Desember 2021 | 19:10 WIB

Sariagri - Kucing menjadi salah satu hewan peliharaan yang menggemaskan dan disuaki banyak orang. Namun, belakangan ini hewan berbulu nan lucu ini sering dimanfaatkan untuk penipuan informasi palsu secara online.

Adapun modusnya, foto kucing lucu diunggah di media sosial, sehingga orang tertarik membuka konten lalu viral. Padahal saat konten kucing dibuka, isinya banyak informasi yang menyesatkan mulai dari propaganda sayap kanan hingga konspirasi virus corona.

Kesimpulan itu hasil identifikasi The New York Times dalam perangnya melawan "informasi yang salah". Sebuah media AS itu menurunkan artikel berjudul 'Kucing Lucu Online Itu? Mereka Membantu Menyebarkan Informasi yang Salah'.

Artikel itu ditulis reporter teknologi New York Times Davey Alba mengklaim foto kucing sering disalahgunakan.

"Video dan GIF binatang lucu - biasanya kucing digunakan oleh "orang dan organisasi yang menjajakan informasi palsu secara online," tulis Davey yang dikutip rt.com.

Alba mencantumkan publikasi konservatif AS Western Journal dan surat kabar anti-Beijing The Epoch Times hanya beberapa contoh outlet yang diduga menggunakan konten hewani untuk mengarahkan pemirsa yang tidak curiga ke "informasi yang salah".

Menurut artikel tersebut, The Epoch Times telah menampilkan hewan-hewan lucu di 12.062 unggahan media sosial di 103 halaman Facebook, dengan postingan yang berisi tautan ke konten surat kabar yang lebih politis.

Dalam laporan tersebut mendapat reaksi beragam di media sosial dengan para kritikus menyebut klaimnya "tidak masuk akal" dan reaksi berlebihan.

Baca Juga: Kucing Kerap Dijadikan 'Korban' untuk Informasi Sesat
Penumpang Pesawat Kaget Ada Perempuan Menyusui Kucing di Kabin

"Mereka tampaknya berpikir itu adalah konspirasi jahat padahal kenyataannya hanya orang-orang dengan minat luas yang menyukai hal-hal baik," tulis seseorang.

Sementara yang lain menuduh surat kabar itu mencoba membuat orang "merasa bersalah karena menikmati foto kucing yang lucu".