Guru Besar IPB: Sektor Protein Hewani Perlu Modernisasi dan Industrialisasi

Ilustrasi telur ayam. (Antara)

Editor: Arif Sodhiq - Senin, 13 Juni 2022 | 11:15 WIB

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB Prof Arief Darjanto mengingatkan pentingnya melakukan modernisasi dan industrialisasi mata rantai produksi ayam pedaging dan petelur. Hal ini seiring dengan meningkatknya permintaan pasar terhadap daging dan telur setelah dua tahun pandemi COVID-19. 

Sariagri - "Sektor protein hewani perlu melakukan modernisasi dan industrialisasi agar dapat berproduksi dengan lebih efisien, efektif, dan berdaya saing," kata Arief di Kota Bogor, Minggu.

Menurut Arief, dunia pascapandemi akan penuh dengan tantangan, tetapi bisa dilihat sebagai peluang untuk perbaikan berkelanjutan dan peningkatan efisiensi sehingga industri perunggasan dapat menempatkan aspek kesehatan, harga makanan lebih terjangkau dan berkelanjutan.

Upaya yang dapat dilakukan para pelaku usaha dalam industri perunggasan, antara lain dengan meningkatkan koordinasi vertikal.

Koordinasi vertikal dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah di seluruh rantai pasokan untuk meningkatkan stabilitas marjin keuntungan, menerapkan AgTech dan digitalisasi mulai dari kandang sampai meja konsumen di seluruh rantai pasokan.

Selanjutnya, penggunaan big data, Internet of Things, robot, sensor, dan drone merupakan teknologi yang sangat maju untuk mentransformasi industri perunggasan.

Kemudian meningkatkan keamanan bio dalam rangka mengatasi penyebaran penyakit dan mengurangi tingkat kematian, dan modernisasi dan otomatisasi di seluruh rantai pasokan.

Arief mengatakan modernisasi dan otomatisasi dilakukan dalam meningkatkan efisiensi lahan pertanian dan untuk mengurangi rasio konversi pakan serta mengurangi masa pertumbuhan dan penggemukan.

Sejalan dengan usaha-usaha di atas, pada era normal baru, peningkatan daya saing industri daging ayam dan telur membutuhkan perubahan model rantai pasokan dari yang bersifat tradisional (lama) ke model yang baru.

Dia menyebut, model rantai nilai tradisional dicirikan dengan ada peternakan unggas dengan skala kecil, inefisiensi yang tinggi, volume produksi yang kecil, penjualan masih didominasi dalam bentuk ayam hidup, usaha pembibitan yang menggunakan teknologi yang belum modern dan tidak tersedia infrastruktur yang mendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Dia menjelaskan model rantai pasokan yang baru atau modern dicirikan dengan ada perusahaan yang terintegrasi baik skala kecil, menengah dan besar, tersedianya pabrik pakan lokal dengan harga yang lebih bersaing, volume produksi lebih besar, pembibitan yang modern dan tersedianya infrastruktur pendukung sistem pemasaran rantai dingin.

Pemasaran yang bersifat rantai dingin mutlak diperlukan karena daging ayam dan telur mudah rusak. Penambahan nilai di sepanjang rantai nilai dalam model pasokan yang baru dapat dilakukan melalui peningkatan kemampuan proses, peningkatan produk, peningkatan fungsi, peningkatan jaringan usaha, dan peningkatan komunikasi antarsektor di dalam lingkup perunggasan.



Baca Juga: Guru Besar IPB: Sektor Protein Hewani Perlu Modernisasi dan Industrialisasi
Ketahui Cara Ternak Ayam Petelur Sejak Awal Hingga Panen