Studi: Bakteri Penyebab Infeksi Usus Dapat Menyebar dari Babi ke Manusia

Ilustrasi babi. (Foto Unsplash)

Editor: M Kautsar - Senin, 25 April 2022 | 15:40 WIB

Sariagri - Studi terbaru di Eropa menemukan bukti bahwa bakteri superbug Clostridioides difficile penyebab infeksi usus dapat berpindah antara babi dan manusia.

Para ilmuwan menyelidiki sampel bakteri dalam tinja 514 babi di 14 peternakan di Denmark antara tahun 2020 dan 2021 dan menemukan berbagai gen resistensi antibiotik antara babi dan pasien manusia. Penemuan itu menjadi bukti penularan penyakit dari hewan ke manusia atau yang disebut sebagai istilah zoonosis adalah hal yang mungkin.

Semeh Bejaoui dan rekannya dari University of Copenhagen dan Statens Serum Institute di Denmark mengungkapkan bahwa temuan mereka menunjukkan resistensi terhadap antibiotik dapat menyebar luar dari yang diperkirakan sebelumnya dan menegaskan bahwa hubungan dalam rantai resistensi mengarah dari hewan ternak ke manusia semakin mengkhawatirkan.

"Temuan kami tentang gen resistensi ganda dan bersama menunjukkan bahwa C. difficile adalah reservoir gen resistensi antimikroba yang dapat dipertukarkan antara hewan dan manusia", kata Bejaoui dikutip dari Phys.

Clostridioides difficile yang menginfeksi usus manusia saat ini bersifat resisten terhadap semua kecuali tiga antibiotik.

Menurut peneliti, beberapa strain bakteri mengandung gen yang memungkinkan mereka menghasilkan racun sehingga menyebabkan peradangan yang merusak usus dan diare yang mengancam jiwa.

Baca Juga: Studi: Bakteri Penyebab Infeksi Usus Dapat Menyebar dari Babi ke Manusia
Jeritan dan Dengkuran Babi Ternyata Ada Artinya Lho!



C. difficile dianggap sebagai salah satu ancaman resistensi antibiotik terbesar di AS—dan menyebabkan sekitar 223.900 infeksi dan 12.800 kematian pada tahun 2017.

"Studi ini memberikan lebih banyak bukti tentang tekanan evolusi yang terkait dengan penggunaan a antibiotik di peternakan, yang memilih patogen manusia yang resisten berbahaya. Ini menyoroti pentingnya mengadopsi pendekatan yang lebih komprehensif, untuk pengelolaan infeksi C. difficile dan mempertimbangkan semua kemungkinan rute penyebaran," kata Bejaoui.