Indonesia Tak Antisipasi, Australia Sudah Ingatkan Krisis Ternak Sapi Harga Daging Pasti Naik

Penulis: Yoyok, Editor: Reza P - Senin, 28 Februari 2022 | 16:55 WIB
Sariagri - Pemerintah seharusnya sudah mengantisipasi kenaikan harga daging sapi di pasaran. Sebab, negara Australia sebagai pemasok sapi bakalan sudah memberikan sinyal sejak lama.
Bahkan, Menteri Pertanian dan Menteri untuk Wilayah Utara Australia, David Littleproud, pertengahan tahun lalu mengungkapkan soal krisis ternak sapi di negaranya. Menurutnya, semua terjadi karena adanya perubahan cuaca besar-besaran di Australia.
Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi), Asnawi, membenarkan pasokan sapi impor Australia yang berkurang memicu kenaikan harga daging sapi di beberapa wilayah di Indonesia.
"Pasokan sapi impor ex Australia kurang. Sedangkan, kebutuhan sapi siap potong di tiga provinsi yaitu Jakarta, Banten, dan Jawa Barat 93 persen pasokan sapi dari Australia, tujuh persen sapi lokal," kata Asnawi, Senin (28/2).
Sementara itu di Australia, terjadi pengurangan kapasitas ekspor dari 80 persen menjadi 44 persen. Hal itu dikarenakan produksi sapi di Australia. belum pulih 100 persen. Dengan pasokan sapi di Australia berkurang, harga sapi impor mengalami kenaikan.
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin, mendesak Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi membenahi sistem logistik perdagangan daging sapi, baik impor maupun lokal. Menurutnya, melambungnya biaya logistik menjadi penyebab utama kenaikan harga daging di pasaran.
“Harga daging melonjak karena melambungnya biaya logistik penyimpanan daging impor. Jika dibiarkan, kondisi tersebut kian memperbesar inflasi. Kasihan rakyat, apalagi kita akan segera memasuki bulan suci Ramadhan,” kata Amin.
Amin mengatakan, menurunnya permintaan daging selama pandemi Covid-19 berdampak pada menumpuknya stok daging impor atau daging beku. Sehingga, membutuhkan gudang penyimpanan (cold storage) dalam jumlah besar.
“Diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial dan juga merosotnya daya beli masyarakat menyebabkan penurunan permintaan daging sapi,” ucap politikus PKS itu.
Selain itu, Amin berpendapat bahwa kenaikan harga daging juga disebabkan terganggunya sistem produksi global selama pandemi. Akibatnya, harga daging sapi impor pun mengalami kenaikan.
“Saya minta Mendag berkolaborasi antardepartemen dan stakeholder, agar bisa menyediakan tempat penyimpanan dan menekan biaya. Termasuk, turut membenahi sistem logistik pengangkutan atau distribusi bahan pangan guna menekan harga di tingkat konsumen,” tegasnya.
Peternak Kesulitan Pakan
Menurut David Littleproud, selama dua tahun ini Australia dilanda kekeringan yang membuat peternak kesulitan mendapat pakan. Di sisi lain, banjir besar juga sempat terjadi dan membuat banyak ternak mati.
"Tantangan dengan ekspor kami adalah perubahan iklim. Kami mengalami salah satu kekeringan terburuk dalam sejarah negara kami. Dan kemudian dalam periode 24 jam, kami kehilangan setengah juta kepala karena banjir," ujar David, tahun lalu.
David bercerita para peternak di Australia selama dua tahun sedang melakukan pemulihan besar-besaran. Terlebih lagi Australia dikenal sebagai salah satu negara pemasok daging sapi terbesar di dunia.
"Kami berusaha pulih selama dua tahun ini, kami membangun kembali setelah bencana alam besar-besaran. Anda akan melihat kami mulai bisa memasok sapi lagi, semua memang masalah iklim," ujar David.
Dia pun mengakui karena pasokan sapi yang sedikit kenaikan harga memang sempat terjadi. Namun, hal itu tidak akan lama terjadi karena pemulihan pasokan ternak mulai dilakukan.
Baca Juga: Indonesia Tak Antisipasi, Australia Sudah Ingatkan Krisis Ternak Sapi Harga Daging Pasti NaikKementan Jamin Stok Daging Sapi dan Kerbau Aman
"Dan jelas harga memang sangat panas, karena kami tidak memiliki pasokan. Kini peternak kami mencoba membangun kembali," kata David.
Dari data Department of Agriculture, Water and the Environment (DAWE) ekspor daging sapi dari Australia ke Indonesia di tahun 2021 turun 5 persen senilai 45.178 ton.