Laporan Khusus: Jejak Langkah Sterilisasi Kucing

Jejak Langkang Sterilisasi Kucing (Faisal/SariAgri)

Editor: Yoyok - Jumat, 4 Februari 2022 | 12:00 WIB

Sariagri - Saat kucing duduk manis di sofa, memainkan rambut sang empunya, hingga menjadi bagian hidup dari sebuah keluarga, sesungguhnya tidak perlu lagi ada persoalan. Toh, pakan yang diberikan juga tak sembarangan, tempat bermainnya juga tampak bersih sehingg aman untuk lingkungan.

Itu untuk kucing peliharaan, bagaimana dengan kucing dapur atau kucing liar? Ya, sampai saat ini perkembangan hewan mamalia karnivora dari keluarga Felidae itu memang kian pesat.

Untuk itulah, para ahli maupun pemerintah selalu mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan kucing. Tak tanggung-tanggung, Wakil Ketua DPR, Muhaimin Iskandar juga  mendorong pemerintah agar serius memperhatikan aspek-aspek perlindungan kepada hewan liar maupun hewan peliharaan. Alasannya, kesejahteraan hewan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

"Kita juga harus mendorong anggaran kepada pemerintah, supaya pemerintah membantu agar tidak terjadi kekerasan dan penyiksaan kepada hewan. Misalnya, anggaran untuk sterilisasi kucing liar," katanya.

Muhaimin menjelaskan, sterilisasi kucing liar perlu dilakukan secara rutin guna menekan overpopulasi kucing tak bertuan, khususnya di wilayah Jabodetabek." Sterilisasi ini hanya bisa dilakukan pemerintah bersama masyarakat, tidak bisa dilakukan sendiri," katanya.

Regulasi perlindungan terhadap hewan ini bisa disempurnakan baik dalam peraturan pemerintah maupun peraturan daerah. "Sehingga penanganan tindak kekerasan dan penyiksaan kepada hewan bisa cepat dilakukan, termasuk pembunuhan anjing atau jual beli daging anjing. Sebab, hal itu bukan saja penyiksaan tapi juga membahayakan kesehatan dan lalu lintas rabies di tanah air kita," tandas Muhaimin.

Sesungguhnya, sejumlah pemerintah daerah sudah mengantisipasinya dengan menyediakan layanan sterilisasi kucing. Seperti Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, yang memprogramkan setiap bulan memberikan kuota 16 ekor untu sterilisasi kucing atau setiap pekan empat ekor kucing, khususnya kucing jantan.

Sementara itu, Pejabat Fungsional Medik Veteriner Utama, Direktorat Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, drh Ida Lestari Soedijar, menyatakan pencegahan penyakit rabies, kerap diperingati oleh masyarakat melalui hari rabies sedunia atau World Rabies Day (WRD), setiap tanggal 28 September.

“WRD antara lain memberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada masyarakat untuk melakukan vaksinasi kepada anjing dan kucing, dan Hewan Penular Rabies (HPR) lainnya seperti kera, untuk mendapatkan imunusasi terkait rabies,” ujarnya.

Ida menjelaskan bahwa seiring merebaknya populasi kucing dan anjing selain vaksinasi rabies, maka dilakukan pula sterilisasi yang umumnya dilakukan oleh Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) di berbagai daerah.

“Mengingat populasi anjing dan kucing sangat banyak, untuk mensukseskan program WRD tersebut, selain vaksinasi juga dilakukan sterilisasi. Sterilisasi umumnya dilakukan pada Puskeswan tertentu yang fokus pada hewan kesayangan,” jelasnya.

Ida menerangkan bahwa secara umum sterilisasi pada hewan merupakan suatu proses pengambilan alat reproduksi utama hewan, di mana hal ini biasanya banyak dilakukan pada kucing dan anjing.

“Sterilisasi kucing adalah pengikatan atau pengambilan alat reproduksi utama, sehingga walau cat (kucing) melakukan perkawinan tapi tidak bisa membuahkan hasil,” terangnya.

Dia mengungkapkan bahwa sterilisasi bertujuan untuk mengurangi populasi anjing dan kucing liar. Sebab, hewan tersebut bisa menjadi media pembawa penyakit yang bisa ditularkan ke manusia (zoonosis).

“(Sterilisasi) mengurangi jumlah populasi anjing dan kucing yang tidak berpemilik, karena anjing dan kucing juga dapat menyebabkan zoonosis. Dengan mengontrol populasi ini, kita juga ikut untuk mencegah penyebaran zoonosis, khususnya rabies,” ungkapnya.

Untuk melakukan sterilisasi pada kucing, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan, yaitu  usia kucing di atas empat bulan sudah bisa dilakukan sterilisasi. Namun, terdapat perbedaan terhadap proses sterilisasi pada kucing jantan dan betina.

“Kucing di atas umur 4 bulan sudah bisa dilakukan sterilisasi, kemudian dibawa ke Puskeswan yang menangani hewan kesayangan atau dapat juga ke dokter hewan praktisi mandiri atau rumah sakit hewan,” imbuhnya.

Terkait biaya, ternyata di setiap daerah yang dilakukan oleh klinik hewan berbeda-beda. Harga untuk kucing jantan dan betinajuga berbeda, di mana biayanya lebih mahal pada kucing betina. Perbedaan ini dikarenakan proses sterilisasi pada kucing dengan jenis kelamin betina lebih sulit daripada kucing jantan.

Selain itu, biaya juga bisa diukur berdasarkan berat badan hewan itu sendiri. “Jika jantan langsung setelah operasi bisa dilepasliarkan, namun jika betina setelah operasi dilakukan rawat inap minimum tiga hari guna menjamin jahitan pasca operasi tertutup dengan sempurna, setelah itu baru dapat dilepasliarkan,” jelas drh Ida.

Dia melanjutkan, untuk obat yang digunakan dalam proses sterilisasi kucing di antaranya adalah

Hal yang juga harus diperhatikan, saat akan melakukan sterilisasi pada kucing kesayangan yaitu, kucing harus menjalani puasa terlebih dahulu sedikitnya enam jam sebelum tindakan operasi dilakukan.

“Sebelum dilakukan tindakan operasi, hewan tersebut dipuasakan makan dan minum sedikitnya enam jam (pre - treatment),” jelasnya.

Ida menambahkan, sterilisasi sudah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia yang memiliki klinik hewan, salah satunya adalah Jakarta. Program tersebut biasanya dijalankan dengan menggandeng komunitas pecinta hewan yang ada di daerah.

“Jakarta dan beberapa provinsi yang telah memiliki klinik hewan, dan biasanya bekerjasama dengan Komunitas Pecinta Kucing Liar (Cat Lover),” tutupnya.

Q&A Sterilisasi Kucing (Faisal/SariAgri)
Q&A Sterilisasi Kucing (Faisal/SariAgri)

Ketika Jakarta Menjadi Kota Ramah Hewan

Berdasarkan informasi dari Direktorak Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian, saat ini beberapa pemerintah daerah telah menjalan program sterilisasi kucing, di antaranya Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur yang bekerja sama dengan perusahaan sosial dan komunitas pencinta hewan.

Itulah sebab, Gubernur DKI Jakarta, Anie Baswedan, menargetkan wilayahnya menjadi kota ramah terhadap hewan. Untuk mendukung target tersebut, Anies melakukuan tiga hal yaitu vaksinasi sterilisasi, dan adopsi.

“Jakarta sudah 17 tahun dideklarasikan sebagai kota bebas rabies, tapi targetnya Jakarta menjadi kota yang ramah hewan,” ujar Anies.

Diketahui, Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta rutin melakukan program vaksinasi dan sterilisasi kucing dalam rangka memanajemen populasi HPR

“Sudah sejak lama program sterilisasi kami sosialisasikan karna merupakan salah satu upaya penting dalam manajemen populasi HPR,” ujar Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, DKPKP DKI Jakarta, Rismiati.

Rismiati menjelaskan bahwa tujuan dari sterilisasi benar untuk mengendalikan populasi HPR. Selain itu, lanjut dia, juga untuk menekan risiko tindak kekerasan dan penelantaran hewan.

“Tujuan dari sterilisasi adalah untuk mengendalikan pertumbuhan populasi HPR serta menekan risiko tindak kekerasan dan pentelantaran hewan,” jelasnya.

Dia menyebutkan bahwa program sterilisasi serius dilakukan, bahkan didukung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang bekerjasama dengan berbagai pihak terkait termasuk komunitas penyayang hewan kesayangan di Jakarta.

“Untuk kegiatan sterilisasi alokasi anggaran APBD digunakan, bekerjasama dengan PDHI Cabang DKI Jakarta  dan Sudin Teknis 5 Wilayah dan 1 kabupaten serta komunitas penyayang hewan kesayangan DKI Jakarta,” sebutnya.

Rismiati mengungkapkan bahwa yang menjadi target utama dalam program sterilisasi adalah kucing lokal berpemilik dari warga yang memiliki KTP dan juga kucing tak berpemilik di sekitar wilayah DKI Jakarta.

“Untuk prosedur teknis terkait sterilisasi adalah hewan harus sehat, usia minimal 7 bulan, tidak sedang hamil atau menyusui,” ungkapnya.

Di tahun 2022 ini, DKPKP mengadakan program sterilisasi kucing satu kali setiap minggu yaitu pada hari Rabu. Dikatakannya, pelayanan tersebut tidak dipungut biaya atau gratis dengan kuota kurang lebih 50 ekor setiap minggunya atau sekitar 2.400 ekor per tahun.

“DKPKP setiap Rabu menyediakan layanan sterilisasi gratis kepada masyarakat DKI Jakarta sebanyak 50 ekor atau 2400 ekor per tahun, di Puskeswan Pusat Pelayanan Kesehatan Hewan dan Peternakan di Ragunan, Jakarta Selatan,” imbuhnya.

Selain itu, program sterilisasi juga dilakukan DKPKP menggandeng komunitas hewan kesayangan dan praktisi dokter hewan, dengan mengalokasikan anggaran sebanyak 5.000 ekor. Sementara dengan PDHI Cabang DKI Jakarta dan Sudin Teknis di 5 Wilayah serta 1 kabupaten, DKPKP memberikan layanan sterilisasi gratis sebanyak 2.989 ekor.

Rismiati menambahkan bahwa pihaknya terus meningkatkan kapasitas sterilisasi melalui kerjasama. Dia berharap partisipasi pemilik hewan juga perlu ditingkatkan agar hewan peliharaannya dapat disterilisasi secara swadaya.

“Sejauh ini kami berupaya meningkatkan kapasitas sterilisasi melalui kerjasama swakelola dengan PDHI Cabang DKI Jakarta maupun kolaborasi dengan klinik/dokter hewan praktisi dan komunitas penyayang hewan. Kami juga berharap partisipasi para pemilik hewan untuk dapat melakukan sterilisasi hewan peliharaannya secara swadaya,” tutupnya.

Adu Harga Sterilisasi Kucing (Faisal / SariAgri)
Adu Harga Sterilisasi Kucing (Faisal / SariAgri)
Tabel perbandingan harga sterilisasi kucing (Faisal/ SariAgri)
Tabel perbandingan harga sterilisasi kucing (Faisal/ SariAgri)


Sterilisasi
Kucing di Puskeswan DKI Jakarta

Kepala UPT Puskeswan Ragunan, drh. Renova Ida Siahaan menjelaskan Pemprov DKI Jakarta melakukan program sterilisasi kucing secara gratis dalam rangka pengendalian populasi kucing seraya mempertahankan Jakarta bebas dari penyakit rabies.

“Kucing lokal ini terutama yang menjadi masalah, karena dia itu beranak pinak cepat satu tahun itu bisa 12 anak, kalau hidup semua bayangkan bagaimana populasi bertambah luar biasa. Dan kucing itu salah satu hewan penular rabies, yang paling berkembang itu kucing,” ujarnya.

Dalam program sterilisasi kucing di Puskeswan Ragunan, anggaran yang diberikan Pemprov DKI masuk ke dalam anggaran pengadaan obat, dan alat-alat yang digunakan dalam operasi. Dikatakannya, untuk sterilisasi satu ekor kucing anggaran yang dikeluarkan sekitar Rp100 ribu.

“Itu anggaran pengadaan obat, kemudian alat-alat yang dipakai bahan pakai habisnya juga ada, jadi per ekor itu kira-kira bisa Rp100 ribu lah ya. Kenanya obat bius, antibiotiknya, vitaminnya, benang jahitnya dll itu kenanya sekitar Rp100 ribuan per ekor,” jelasnya.

Renova mengungkapkan pelaksanaan sterilisasi di Puskeswan Ragunan dilakukan setiap hari Rabu untuk 20 ekor khusus untuk kucing lokal, baik jantan dan betina. Dikatakannya, untuk melakukan sterilisasi kucing di Puskeswan, masyarakat harus mendaftarkan terlebih dahulu lewat Suku Dinas (Sudin) di wilayahnya.

“Jadi mekanismenya masyarakat mendaftar melalui Sudin-Sudin setempat, maka nanti kita kasih jadwal ke Sudin kita gilir misalnya Sudin Selatan Rabu depan, Sudin Barat Rabunya lagi terus bergilir,” katanya.

Dikatakannya, setiap Sudin diberikan kuota 20 ekor kucing lokal yang berpemilik dan bukan kucing liar, dan proses sterilisasi haru didampingi dengan si pemilik kucing tersebut.

“Kenapa harus yang berpemilik supaya ketika sudah disteril ada yang merawat, ada yang memelihara. Mereka para pemilik kucing ini mendaftar ke Sudin masing-masing nah daftar itu nanti diserahkan ke kita tiga hari sebelumnya,” ungkapnya.

Dia menambahkan bahwa program sterilisasi kucing di Puskeswan di mulai sejak bulan Februari hingga bulan November. Dikatakannya, program ini dikhususkan bagi warga yang memiliki KTP Jakarta.

“Kucing warga Jakarta gak boleh KTP di luar Jakarta, kenapa juga harus melalui Sudin pertama kita membatasi mobilitas orang dan kerumunan, kalau kami buka disini kantor sudah didatangi banyak orang. Sebelum pandemi kita buka awal Februari mereka datang kesini ada ratusan orang antri mulai dari setengah lima pagi untuk mendapatkan dua ekor (disteril),” katanya.

Baca Juga: Laporan Khusus: Jejak Langkah Sterilisasi Kucing
Pemkot Depok Buka Layanan Sterilisasi Kucing Jantan Gratis, Ini Syaratnya

Lebih lanjut Renova berharap terkait program sterilisasi kucing ini semua pihak dapat terlibat dalam menekan populasi kucing di DKI Jakarta. Menurutnya, jika mengandalkan Puskeswan tidak akan menyelesaikan permasalahan populasi kucing.

“Kami kalau Rabuan di sini selalu memberikan pengarahan selain mempertahankan Jakarta bebas rabies mengajak untuk mereka terlibat melakukan ini, pemerintah paling cuma 1.000-1.500 ekor yang lain juga silahkan bekerjasama dengan PDHI, dokter praktek dan ini ada dan sudah terjadi,” tandasnya.

Syarat Sterilisasi Kucing (Faisal/SariAgri)
Syarat Sterilisasi Kucing (Faisal/SariAgri)