Mengenal Kacang Ratu, Pakan Kuda Perang yang Kini Jadi Sumber Nutrisi Tinggi Manusia Berharga Mahal

Ilustrasi kuda makan rumput. (Foto Istimewa)

Editor: M Kautsar - Senin, 10 Januari 2022 | 18:20 WIB

Sariagri - Mengenai popularnya alfafa atau kacang ratu sebagai makanan bernutrisi tinggi terutama untuk asupan ibu menyusui, peneliti utama alfafa tropis, dari Fakultas Peternakan UGM, Bambang Suwignyo, langsung mengatakan,”di negara-negara barat, satu bungkus kecambah alfafa, dijual 15 dolar AS atau sekitar Rp 200 ribu!”

Meski tak mengingat berapa jumlah gramasi alfafa senilai harga tersebut Bambang saat diwawancara Sariagri, Rabu (5/1) mengatakan itu hanyalah beberapa ons saja atau dipastikan tak sampai 0,5 kilogram.

Pantas saja berharga mahal karena American Pregnancy Association saja menyebutkan bila alfafa merupakan salah satu jenis tumbuhan yang bisa membuat produksi ASI ibu lebih banyak. Ya, tanaman alfalfa mengandung fitoestrogen atau estrogen sangat tinggi.

“Tapi tahukah bahwa alfafa ternyata dulunya adalah makanan kuda?” kata Bambang Suwignyo yang namanya tercetak dalam nama alfafa varieties Indonesia, yakni Kacang Ratu BW yang diambil dari namanya Bambang Wignyo.

Alfalfa Pakan Kuda Terbaik Pasukan Perang

Daun alfalfa atau Medicago sativa merupakan tanaman herbal yang masuk ke dalam jenis tanaman kacang-kacangan. Adapun tinggi pohon alfalfa bisa lebih dari 1meter dan dapat hidup hingga 30 tahun lamanya jika dirawat dengan baik.

Alfalfa ternyata berasal dari Bahasa Persia atau Arab yang berarti makanan kuda terbaik atau tenaga kuda. Dinamakan seperti itu karena pada awalnya tanaman ini digunakan untuk pakan kuda.

Peneliti memperkirakan tanaman ini berasal dari Iran, seperti yang ditulis di laman agronomy.org, sementara pakar peternakan UGM, Bambang Suwignyo, mengatakan bahwa tanaman ini berasal dari Mediterania.

Tanaman ini menyebar ke Asia selatan dan barat lalu ke Asia kecil untuk kemudian masuk Eropa. Cukup lazim dijumpai di wilayah kekaisaran Yunani dan Romawi. Tidak mengherankan jika kemudian Persia memiliki kavaleri atau pasukan berkuda tangguh yang mampu menandingi kekuatan infanteri Romawi yang terkenal digdaya itu.

Saat abad pertengahan, popularitas alfalfa di Eropa menurun diduga karena merosotnya peradaban di era itu di wilayah-wilayah Persia-Eropa.

Alfalfa kembali ke kancah perang berbarengan dengan melesatnya kekuatan pejuang Muslim pada abad ke-8, saat mereka menaklukkan Andalusia atau Spanyol saat ini.

Dari pejuang muslim, Alfafa dibawa dalam misi pencarian dunia baru oleh pelaut-pelaut Spanyol dan Portugal sebagai perbekalan utama mereka. Tentu saja sebagai pakan kuda mereka. Kandungan protein tinggi dari alfalfa sangat dibutuhkan oleh kuda-kuda penakluk tanah harapan baru.

Dari Eropa, Alfalfa masuk daratan Amerika, ditanam di Meksiko dan Chile oleh para penakluk Eropa sebelum akhirnya mulai dikembangkan di California saat Demam Emas melanda negeri itu pada 1849.

 

Alfalfa Ratu Hijauan atau Kacang Ratu

Alfafa dengan segudang keajaibannya terus menolong kuda, dan juga manusia untuk hidup lebih baik. Belakangan alfafa mendapat julukan baru queen of forage atau ratunya hijauan karena ia merupakan hijauan pertama yang dibudidayakan manusia. Ingat, sebagai perbandingan, di Jawa, rumput hijauan pajan ternak jaman dulu bukanlah varietas budidaya melainkan tumbuhan liar. Karenanya ia di Indonesia lebih dikenal sebagai kacang ratu ketimbang alfafa. 

Seiring berjalannya waktu, alfalfa berkembang dari makanan kuda ke pakan ternak konsumsi lalu menjadi makanan manusia. Kecambah alfalfa dimanfaatkan manusia sebagai asupan tambahan dalam makanannya.

Baca Juga: Mengenal Kacang Ratu, Pakan Kuda Perang yang Kini Jadi Sumber Nutrisi Tinggi Manusia Berharga Mahal
Peneliti UGM Sukses Kembangkan Ratunya Hijauan di Iklim Tropis

Kini, di antara tanaman Amerika Serikat, produktifitas alfalfa menempati urutan ketiga nilainya, setelah jagung dan kedelai. Nilai nasionalnya adalah lebih dari 8 miliar dolar AS setiap tahun, tidak termasuk nilai susu atau produk hewani lainnya, yang merupakan produk akhir dari alfalfa.

Dan di Indonesia, Bambang Suwignyo dari Fakultas Peternakan UGM, tercatat sebagai orang pertama yang mengembangkan alfafa versi tropis dan kemudian berhak menyematkan namanya pada alfalfa versi Indonesia ini dengan nama: Kacang Ratu BW. BW diambil dari inisial namanya, Bambang Wignyo. Dan kacang ratu adalah nama Indonesia untuk alfafa atau queen of forage.