Akibat Pandemi, Dusun di Boyolali Berbenah Jadi Kampung Kandang Kambing Beromzet Rp1 Miliar Sebulan

Editor: M Kautsar - Senin, 3 Januari 2022 | 15:40 WIB
Sariagri - Sebuah dusun kecil di Boyolali yang sebelum pandemi generasi mudanya banyak bekerja serabutan bahkan menganggur, gara-gara pandemi justru banyak menjadi pengusaha kendang kambing. Para pengusaha baru ini kini menghasilkan omzet lebih dari Rp1 miliar sebulan.
Sebelum masuk ke Indonesia, virus corona yang melanda Wuhan, Cina pada akhir 2019 berdampak pada bisnis yang digeluti oleh Tanri Sugiarto, pemilik Karebet Studio di Dusun Manggis Dawar, Boyolali. Menekuni bisnis kecil-kecilan barang antikan berbahan dasar kayu, membuat usahanya lebih dulu terdampak pandemi ketimbang usaha lain yang ada di Indonesia.
Puncaknya, pada November 2019, semua ekspor dihentikan. Padahal penjualan barang antik paling banyak diserap oleh para pengepul di Bali yang kemudian diekspor,. Sementara Tanri mempunyai beberapa tukang kayu yang bekerja kepada dia. Mau tidak mau, dia mesti memutar otak bagaimana supaya mereka bisa tetap mendapatkan pemasukan.
Tak lama, isu lockdown malah makin santer terdengar. Hal itu membuatnya tak berani punya target muluk-muluk, cukup bagaimana membuat kebutuhan pangan dia dan orang-orang di sekitarnya aman.
“Karena saya punya tukang kayu di rumah, punya lahan yang cukup, ada kayu juga, kemudian buatlah kandang kambing. Awalnya untuk sendiri,” kata Tanri Sugiarto ketika ditemui, di tempat kerjanya di Boyolali, Minggu (2/1).
Sekadar iseng, Tanri mengunggah foto-foto kandang kambingnya ke sosial media. Tanpa diduga, ternyata banyak orang-orang yang tertarik untuk dibuatkan kandang kambing juga.
Melihat peluang pasar yang cukup besar, Tanri memutuskan untuk menekuni bisnis kandang kambingnya dengan tetap menggunakan nama Karebet Studio di kampung halamannya di Desa Manggis, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah.
Sepanjang pandemi, permintaan kandang kambing yang dia terima cukup banyak dan tetap stabil sampai saat ini. Dalam sebulan, rata-rata dia bisa menjual kandang kambing dengan kapasitas hingga 500 ekor ternak dengan omzet saat ini sudah menyentuh angka Rp250 juta.
“Keuntungan bersihnya sekitar 10 persennya, ya sekitar Rp25 juta lah,” ujarnya.
Sebagian besar pembeli kandang kambingnya berasal dari DIY, namun tidak sedikit juga yang berasal dari daerah lain seperti Banyuwangi, Bogor, hingga Bali. Saat didatangi, dia sedang mengerjakan pesanan kandang dari daerah Magelang dengan kapasitas mencapai 1.000 ekor.
“Ukurannya lebar 4,5 meter panjangnya 15 meter dengan harga Rp 50 juta,” kata Tanri.
Jadi Kampung Kandang Kambing dan Tak Ada Pengangguran

Tapi ini bukan sekadar kesuksesan Tanri meraup untung dari bisnis kandang kambingnya. Lebih dari itu, apa yang dilakukan oleh Tanri ternyata telah menginspirasi orang-orang di kampungnya untuk melakukan hal serupa.
Pengusaha-pengusaha baru itu awalnya merupakan orang-orang yang bekerja bersama Tanri. Setelah merasa mampu memproduksi dan menjual kandang sendiri, mereka kemudian memutuskan untuk mendirikan usaha kandang kambing sendiri.
“Itu juga menjadi satu hal yang saya syukuri, karena masyarakat akhirnya mulai bisa mandiri secara ekonomi. Sekarang total omzet dari tujuh pengrajin atau pengusaha kandang kambing di sini sudah lebih dari Rp1 miliar dan menyerap lebih dari 100 pekerja,” kata Tanri.
Yang lebih menggembirakan, saat ini tak ada lagi pengangguran di desanya. Padahal, sebelum pandemi banyak warga yang bekerja serabutan, bahkan tak sedikit yang jadi pengangguran. Munculnya usaha-usaha pembuatan kandang kambing baru, berhasil menyerap pengangguran di Desa Manggis sebagai tenaga kerja.
“Bahkan kami sampai menyerap tenaga kerja dari desa sekitar, karena kami sampai kekurangan tenaga kerja,” lanjutnya.
Tak hanya bisnis pembuatan kandang kambing, usaha peternakan kambing di Desa Manggis perlahan juga mulai tumbuh. Untuk mendukung pertumbuhan peternakan di desanya, Tanri juga aktif memberikan edukasi-edukasi kepada masyarakat sekitar tentang bagaimana cara beternak yang baik.
“Terus kotorannya itu dibagikan ke warga sekitar secara gratis untuk dijadikan pupuk,” kata dia.
Berkembangnya pembuat kandang kambing di Desa Manggis juga disebabkan karena ada banyak tempat-tempat penggergajian kayu di desa tersebut. Di tengah pandemi, permintaan kayu untuk bangunan berkurang drastis sehingga membuat pendapatan mereka anjlok.
Dari penggergajian kayu itulah Tanri dan pembuat kandang lain mendapatkan suplai kayu dengan harga yang lebih murah. “Karena bahan baku yang lebih mudah dan cenderung lebih murah, kami bisa memproduksi kandang yang lebih murah juga sehingga bisa bersaing dengan pengusaha-pengusaha lain,” kata Tanri.
Ahmad Siyopo, mantan karyawan pertama di Karebet Studio, yang kini sudah menjadi pengusaha kandang kambing, merasa bersyukur sekaligus tak menyangka bisa ikut menjadi pengusaha.
“Nggak nyangka bisa jadi seperti Mas Tanri. Ternyata ya semua bisa jadi pengusaha, dan tidak perlu bersaing karena semua laku. Sudah dijatah sama Gusti Allah intinya kerja benar, semua pasti dapat rejeki,” kata Siyopo yang mengaku punya omset Rp 150-200 juta sebulan ini.
Lahirnya Para Peternak Baru

Sejak awal, Tanri hanya memasarkan kandang-kandang yang diproduksi melalui media sosial Facebook. Bahkan dalam enam bulan pertama, 100 persen penjualannya hanya berasal dari Facebook. Baru setelah itu mulai ada pesanan kandang kambing dari masyarakat sekitar.
“Sekarang sekitar 90 persen pemesan itu dari Facebook, sisanya baru masyarakat sekitar,” ujarnya.
Sekitar separuh dari orang-orang yang memesan kandang kambing kepada dia adalah peternak baru. Tiap bulan, selalu ada lima sampai tujuh peternak baru yang memesan kandang ke Karebet Studio. Dan sampai saat ini, tren itu tak juga menurun.
Pandemi membuat banyak orang mengalami masalah dengan pekerjaannya. Untuk berjaga-jaga jika suatu saat kondisi pekerjaan makin sulit, atau bahkan menjadi korban PHK, mereka kemudian menyisihkan sebagian uangnya untuk membeli kandang kambing dan mulai beternak.
“Ada juga yang beli untuk men-support orang tuanya di rumah yang sudah mulai siap-siap untuk pensiun, jadi bikin kegiatan di rumah sekalian investasi juga,” ujarnya.
Baca Juga: Akibat Pandemi, Dusun di Boyolali Berbenah Jadi Kampung Kandang Kambing Beromzet Rp1 Miliar SebulanInspiratif! Pemuda Ini Resign dari Pegawai BUMN Pilih Sukses Beternak Kambing
Saat ini, Tanri mulai berusaha untuk menjalin kemitraan dengan pihak lain untuk dapat mengembangkan sektor peternakan di desanya. Pasalnya, selain sudah banyak warga yang bisa membuat kandang kambing, di desanya juga masih tersedia banyak lahan kosong. Menurutnya, jika lahan-lahan kosong itu dapat dikembangkan jadi tempat peternakan kambing, perekonomian masyarakat bisa semakin baik.
“Tapi untuk beli kambing dan perawatannya kan butuh biaya besar, jadi kami butuh kemitraan,” kata Tanri.