Kendalikan Wabah LSD, Kementan Malaysia Periksa Hewan Ternak Secara Ketat

Ilustrasi sapi. (pixabay)

Editor: Dera - Rabu, 21 Juli 2021 | 20:20 WIB

SariAgri - Kementerian Pertanian dan Industri Makanan Malaysia (Ministry of Agriculture and Food Industries/ MAFI) terus mewaspadai dan melakukan pengawasan terkait infeksi Lumpy Skin Disease/LSD yang menjadi perhatian para peternak sapi di Malaysia.

Wakil Menteri II Datuk Che Abdullah Mat Nawi menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian Malaysia melalui Layanan Karantina dan Inspeksi Malaysia (Malaysian Quarantine and Inspection Services/ MAQIS) terus memantau dan memeriksa seluruh peternakan di negaranya untuk mendeteksi hewan ternak yang terinfeksi.

Che Abdullah mengatakan bahwa hingga hari Sabtu (17/07) kemarin, sebanyak 168.734 ekor sapi telah diperiksa. Dari jumlah itu, sebanyak 169 ekor sapi diketahui positif LSD.

"Di Kelantan saja yang diperiksa 608 kandang, 6.092 sapi, 14 sapi positif,” katanya kepada wartawan, seperti dikutip dari Bernama.

Di wilayah tersebut, terdapat 59 sapi yang disita berkat upaya bersama antara MAQIS dan General Operations Force/GOF Kepolisian Kerajaan Malaysia untuk menertibkan aktivitas penyelundupan di sepanjang perbatasan Malaysia.

Secara keseluruhan, lima dari 59 ekor sapi diduga memiliki gejala klinis LSD.

“Pada bulan Mei, MAQIS Kelantan juga mendeteksi dan mencurigai 14 dari 235 sapi yang diimpor dari Thailand menunjukkan tanda-tanda LSD selama masa karantina”, terang Che Abdullah.

Baca Juga: Kendalikan Wabah LSD, Kementan Malaysia Periksa Hewan Ternak Secara Ketat
Pengepul Kulit Hewan Kurban Raup Cuan Berlipat Saat Idul Adha

Dengan bantuan Dinas Peternakan Hewan, MAQIS juga telah melakukan pemantauan ketat terhadap seluruh hewan ternak guna mengendalikan dan menekan penyebaran penyakit LSD, khususnya di Kelantan.

MAQIS akan terus mengintensifkan pengawasan dan penegakan hukum di perbatasan, terutama di pintu-pintu masuk negara. Upaya itu dilakukan untuk memastikan ketahanan pangan dan mengantisipasi risiko wabah berbahaya yang dapat mengancam industri peternakan dan pertanian di Malaysia.