Terkuak! Burung Pemangsa di Indonesia Tak Semua Dilindungi

Burung Hantu Rajah Kalimantan. (Sea Mashable)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 13 Juli 2021 | 06:00 WIB

SariAgri -  Cluster Wild Ornith Himpro Satwa Liar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB University menyelenggarakan kuliah umum “Birds of Prey: Treatment, Conservation, and Medicine,” secara daring, belum lama ini.

Kuliah dibawakan oleh drh Muhammad Piter Kombo yang merupakan Manager dari Taman Burung dan Museum Fauna Indonesia Komodo-Taman Reptilia Taman Mini Indonesia Indah. Peserta webinar merupakan mahasiswa FKH IPB University dan non-FKH, serta dokter hewan dan masyarakat umum.

Kuliah dibuka dengan materi tentang konservasi burung pemangsa atau juga dikenali sebagai raptors. Drh Kombo menjelaskan, tidak semua burung pemangsa di Indonesia dilindungi. Ia mencontohkan, salah satunya adalah manajemen burung hantu yang belum diatur dalam Undang-Undang.

“Rakyat Indonesia seperti petani, nelayan, pebisnis kopi kini lebih sadar akan peran penting burung pemangsa dalam rantai makanan dan kelangsungan ekosistem,” ungkap drh Kombo.

Lebih lanjut, ia menerangkan, jumlah burung pemangsa menurun karena beberapa faktor seperti fragmentasi habitat, perburuan liar, keracunan ikan serta kemampuan reproduksinya yang lambat.

Pada kesempatan ini, peserta diperkenalkan dengan beberapa jenis burung pemangsa yang sering terlihat di pasar dan tepi jalanan. Burung-burung yang dimaksud seperti burung hantu serak jawa dan burung hantu celepuk serta perbedaan fisik pada masing-masing burung untuk identifikasi.

Pada sesi kedua, drh Kombo menerangkan mengenai medik konservasi burung pemangsa. Berbeda dengan hewan lain, sayap burung dapat rusak dan lemas jika tidak di-handling dan di-restrain dengan baik.

Bagi burung pemangsa, diberikan penjelasan terhadap cakar dan paruh yang berbahaya bagi operator. Bahkan peserta mendapat wawasan mengenai anatomi khusus kaki burung pemangsa dan anatomi perbandingan sistem pencernaan burung-burung agar peserta dapat melihat korelasi perlakuan terhadap sistem biologis burung tersebut.

Baca Juga: Terkuak! Burung Pemangsa di Indonesia Tak Semua Dilindungi
Dilaporkan Jutaan Burung Mati di AS, Ini Penyebabnya

Materi dilanjut dengan pengenalan penyakit-penyakit yang sering dijumpai dalam burung pemangsa, yaitu constricted leg problem, fraktur tulang, bumblefoot, infestasi parasit dan penyakit viral.

“Transmisi virus ini khususnya jika pakan adalah asal unggas seperti puyuh atau ayam,” tuturnya.

Berbagai upaya dilakukan seperti upaya perlindungan habitat dengan monitoring, patroli, serta pengamatan titik sarang. Upaya rehabilitasi dilakukan oleh berbagai pusat konservasi di Indonesia dan akan terus dilakukan agar mensejahterakan burung raptor di Indonesia.