Ilmuwan Temukan Cara Baru Basmi Bakteri Unggas Secara Efektif

Peternakan Ayam. (Wikimedia)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Kamis, 27 Mei 2021 | 13:40 WIB

SariAgri -  Infeksi bakteri merupakan masalah utama bagi produsen unggas, seperti Wabah E. coli dapat menyebar dengan cepat melalui kawanan ternak. Akibatnya, kematian yang tinggi dan hilangnya pendapatan bagi para petani.

Bakteri lain seperti Salmonella dan Campylobacter mungkin tidak terlalu serius bagi unggas, tetapi dapat menyebabkan penyakit pada manusia yang mengonsumsi daging unggas.

Para peternak sering menggunakan antibiotik untuk memerangi infeksi pada kawanan unggas. Namun, penggunaan antibiotik yang berlebihan justru menyebabkan bakteri mengembangkan resistansi terhadap obat, sehingga semakin sulit diobati baik pada hewan maupun manusia.

Untuk mengatasi hal ini, para ilmuwan telah menemukan metode baru membasmi bakteri tanpa residu yang membahayakan. Mereka mengembangkan virus pembunuh bakteri yang dikenal sebagai bakteriofag atau fag. Virus ini dapat disemprotkan ke dalam kandang unggas untuk mendisinfeksi mereka atau ditambahkan ke pakan atau air yang diberikan kepada unggas.

“Alternatif diperlukan untuk mengendalikan infeksi bakteri ini,” kata Dr. Daniela Silva, manajer penelitian dan pengembangan di ALS CONTROLVET, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan untuk mempromosikan keamanan pangan di Viseu, Portugal.

Dr. Silva dan rekan-rekannya berharap fag bisa menjadi jawabannya. Ketika menginfeksi bakteri, fag bereproduksi di dalam sampai fag baru meledak dan membunuh mikroba serta melepaskan lebih banyak virus untuk memburu bakteri lain dari jenis yang sama.

"Selama ada (lebih banyak bakteri yang sama), fag akan membunuh dan bereplikasi," kata Dr. Silva seperti dikutip phys.org. "Setelah tidak ada lagi bakteri dan infeksi terkontrol, fag tidak dapat bereplikasi sehingga mereka akan dimusnahkan oleh unggas dan tidak ada residu."

Salmonella dan E.coli

Dr. Silva berharap dapat menggunakan koktail fag untuk mengurangi Salmonella di peternakan unggas. Koktail fag dapat digabungkan ke dalam semprotan yang digunakan untuk mendisinfeksi kandang unggas serta kapsul berisi fag yang dapat ditambahkan ke air minum atau pakan hewan.

Sejauh ini, tim peneliti telah mengembangkan koktail yang terdiri dari empat fag yang efektif melawan 93% strain Salmonella yang diuji.

Untuk bakteri E.coli, para peneliti mengambil pendekatan yang lebih bertarget. Karena bakteri ini sering bermutasi, sehingga sulit untuk menemukan campuran fag tunggal yang efektif. Maka, jika terjadi wabah di peternakan unggas, varian E.coli perlu diidentifikasi terlebih dahulu sebelum menentukan varian fag yang akan digunakan.

"Kemudian Anda tinggal mencampurnya dan memberikan solusi ini kepada peternak untuk mengobati bakteri spesifik tersebut. Kami memberikannya kepada hewan melalui semprotan karena bakteri bersarang di paru-paru mereka," jelas Dr. Silva.

Campylobacter

Sementara untuk bakteri Campylobacter, para ilmuwan mengembangkan solusi baru sebagai bagian dari proyek ChillBact, yakni menyemprotkan lumpur es bersuhu di bawah 0 derajad Celsius ke karkas unggas saat bergerak di jalur produksi di ruang pendingin.

Nozel khusus yang mereka sebut senapan es, mengeluarkan salju halus pada konsentrasi dan suhu tertentu untuk memaksimalkan pendinginan. Tujuannya adalah menargetkan bagian karkas yang sulit dijangkau seperti di belakang paha dan leher. Jumlah nozel dan posisinya di dalam ruangan dapat disesuaikan dengan setiap fasilitas,

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Cara Baru Basmi Bakteri Unggas Secara Efektif
Jagung Mahal, Peternak Ayam Blitar Demo Pemkab

Dalam uji coba skala besar di dua fasilitas produksi unggas di Prancis, sistem senapan es ini bekerja dengan efektif. "Kami mengurangi 97% Campylobacter saat kami memulai proyek, jadi kami mengharapkan hasil yang sama," kata kata Thorsteinn Viglundsson, Direktur Pelaksana Thor Ice Chilling Solutions, sebuah perusahaan yang mengembangkan teknologi pendinginan canggih untuk makanan di Reykjavik, Islandia.

Mengutip phys.org, bakteri Campylobacter adalah sumber penyakit dari makanan yang paling banyak dilaporkan di Uni Eropa. Kasus penyakit Campylobacter terus meningkat, dan infeksi bakteri ini dapat menyebabkan efek jangka panjang pada beberapa orang yang mengalami artritis atau sindrom iritasi usus besar.