Mengerikan! Polusi Udara dari Produksi Daging Sebabkan 16.000 Kematian

Ilustrasi Peternakan Sapi. (Pixabay)

Penulis: Tatang Adhiwidharta, Editor: Reza P - Sabtu, 15 Mei 2021 | 07:00 WIB

SariAgri - Studi terbaru yang diterbitkan Prosiding National Academy of Sciences, mengungkapkan bahwa lebih dari 16.000 orang Amerika meninggal setiap tahun akibat polusi udara dari produksi daging dan praktik pertanian terkait. Sekitar 80 persen dari kematian ini terkait dengan produksi produk hewani seperti daging, susu, dan telur.

Studi tersebut juga menemukan bahwa produksi produk pertanian hewani seperti etanol, wol dan kulit berkontribusi pada 1.900 kematian setiap tahun. Ini berarti ada hampir 18.000 total kematian terkait dengan praktik pertanian berbasis hewan di AS saja.

“Kami menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang bagaimana makanan yang kita konsumsi berdampak pada kesehatan kita, tetapi makanan yang kita makan juga berdampak pada orang lain,” kata Nina Domingo, penulis utama studi tersebut, seperti dikutip inhabitat.com.

Penelitian ini merupakan yang pertama memaparkan hasil terperinci berdasarkan jenis makanan tertentu. Para peneliti melihat apa yang diperlukan untuk menghasilkan setiap makanan dalam hal pupuk, persiapan lahan, traktor diesel dan pengelolaan limbah, di antara faktor-faktor lainnya.

“Efek jangka panjang dari perubahan iklim ini cukup menakutkan, dan juga membunuh orang sekarang. Ini adalah emisi yang terjadi setiap tahun, yang memengaruhi orang-orang, yang menyebabkan kualitas hidup yang buruk,” kata Jason Hill, insinyur biosystems di University of Minnesota yang juga salah satu penulis senior studi ini.

Menurut temuan itu, jagung yang ditanam untuk makanan, bahan bakar dan pakan ternak menyebabkan 3.700 kematian setiap tahun karena emisi. Kualitas udara yang buruk dari produksi daging sapi saja dikaitkan dengan sekitar 4.000 kematian setiap tahun. Sebaliknya, polusi dari produksi sayuran konvensional ditemukan menyebabkan sekitar 100 kematian per tahun.

Berdasarkan data tersebut, penulis studi mengusulkan akuntabilitas individu, seperti sama sekali tidak mengonsumsi makanan berbasis daging atau setidaknya beralih ke diet fleksibel, untuk menyelamatkan hingga 13.100 nyawa setiap tahun.

Mereka juga mengusulkan perubahan dalam praktik pertanian, terutama dalam pengelolaan limbah dan penggunaan pupuk, yang dapat menyelamatkan sekitar 7.900 nyawa per tahun.

Baca Juga: Mengerikan! Polusi Udara dari Produksi Daging Sebabkan 16.000 Kematian
Gubernur NTT Minta Kolaborasi untuk Tanam Jagung Panen Sapi

Hasil penelitian ini mendapatkan kritikan dari kalangan industri. National Cattlemen Beef Association menyatakan akan mengkaji temuan tersebut dan meminta agar penelitian tersebut dihentikan.

Mereka mengatakan bahwa temuan itu berdasarkan asumsi yang salah dan penuh dengan celah data. Tetapi penulis studi menjelaskan bahwa data mereka berasal dari sumber peer-review dan data pemerintah dari EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan USDA (Depertemen Pertanian AS).