Cegah Stunting, Bupati Minta Pekarangan Jadi Kebun Hidroponik dan Beternak

Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do sedang mengikuti panen sayur kangkung di Mbay (Sariagri/Charles)

Penulis: Andry, Editor: Reza P - Selasa, 27 April 2021 | 14:20 WIB

SariAgri - Tekan angka stunting di Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bupati Nagekeo dr. Johanes Don Bosco Do meminta warga memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam menjadi kebun hidroponik sebagai bentuk ketahanan pangan keluarga dan pemeliharaan ternak.

Menurutnya meskipun dengan lahan yang terbatas pemanfaatan pekarangan rumah yang tidak produktif dapat menambah asupan makanan yang sehat dan bergizi melalui pengelolaan pangan dan pemanfaatan lahan peternakan.

“Pemanfaatan pekarangan rumah untuk menghasilkan makanan yang sehat. Saya ingatkan kepada para lurah dan kepala desa segera revitalisasi RT dan Dasawisma,” katanya.

Warga menurut Johanes bisa  didorong untuk menanam sayur seperti bayam, kangkung, sayur atau sawi di pekarangannya, sekaligus memelihara ikan lele atau nila. Caranya bisa menanam secara tradisional maupun tanaman hidroponik dan budidaya ikan dalam ember. Selain itu warga juga bisa beternak beberapa ayam kampung atau buras. Tanaman dan ternak ini kelihatan kecil , tapi jika dilakukan sungguh sungguh , hasil panennya akan  lumayan besar.

Hasil panen ini , dapat dimanfaatkan warga untuk meningkatkan gizi rumah tangga. Jika hasilnya berlebih bisa dijual untuk menambah pendapatan keluarga.

“Jangan main-main, peningkatan ternak unggas di masing-masing keluarga. Kita punya project mulai bulan Juni ini ialah pangan dan pakan,” sambung Bupati Don.

Ia menegaskan, pembangunan daerah harus sejalan dengan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, terutama perbaikan gizi anak-anak dan bayi. Meskipun secara akumulatif angka stunting Nagekeo dibawah ambang batas yakni 10,37.

Baca Juga: Cegah Stunting, Bupati Minta Pekarangan Jadi Kebun Hidroponik dan Beternak
Peneliti Eksperimen Pakan Ternak dengan Sistem Hidroponik dan Aquaponik

Bupati juga mengajak anak-anak muda milenial kreatif, mencari cara bagaimana bercocok tanam dan beternak di pekarangan membantu orang tua atau tetangganya.

“Anak-anak muda dihidupkan karena generasi sudah terkoneksi dengan jaringan internet. Cari ilmu dan kerjakan,” tutupnya.