Peneliti IPB: Rumput Laut Merah Jadi Solusi Pakan Ternak

Ilustrasi Peternakan Sapi. (Pixabay/Jan Temmel)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 23 Maret 2021 | 15:10 WIB

SariAgri -  Teknologi ramah lingkungan menjadi hal yang dikedepankan belakangan ini untuk membantu bumi dari global warming. Peternakan disinyalir menjadi salah satu yang berperan dalam mendegradasi lingkungan, terutama dalam menghasilkan gas metana atau komponen utama dalam emisi gas rumah kaca.

Gas metana dapat menyebabkan kenaikan temperatur di bumi karena kekuatannya yang mencapai 25 kali lipat dibandingkan karbon dioksida. Seperti dilansir dari situs ipb.ac.id, Guru Besar IPB dari Fakultas Peternakan Prof Ronny Rachman Noor tak menampik tudingan tersebut.

“Memang benar hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini, dampak metana dalam pemanasan global 25 kali lebih besar dibandingkan dengan CO2 atau karbondioksida," ujarnya.

Sektor peternakan berkontribusi sekitar 14,5 persen dari total emisi gas rumah kaca tahunan yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

Ronny menjelaskan bahwa ternak ruminansia yakni sapi, kerbau, domba dan kambing menghasilkan gas metana dari aktivitas mikroba primitif yang dinamakan archaea yang ada di saluran pencernaan. Bakteri ini dapat hidup dengan memanfaatkan hidrogen dan CO2 yang dihasilkan dari proses pencernaan pakan.

“Sayangnya proses pemanfaatan hidrogen dan CO2 oleh bakteri ini menghasilkan gas metana yang biasanya dikeluarkan oleh ternak melalui mulut, pernafasan, kentut dan mekanisme pengeluaran gas lainnya,” tambahnya.

Teknologi terbaru menunjukkan pemberian suplemen sebanyak 0,25-0,50 persen rumput laut merah jenis Asparagopsis taxiformis dapat mengurangi gas metan secara drastis. Tanaman ini biasa tumbuh di sekitar pantai Australia.

Menurut pakar teknologi lingkungan dan pakar nutrisi, temuan yang tampak sederhana ini memberikan harapan besar bagi upaya dunia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis. Karena jika diterapkan pada industri peternakan maka dampaknya dapat disetarakan dengan meniadakan 100 juta mobil yang ada di dunia saat ini dalam hal emisi gas yang dihasilkannya.

Asparagopsis taxiformis mengandung bromoform yang berfungsi memutus rangkaian proses akhir pembentukan gas metana sehingga menghalangi terbentuknya gas tersebut.

Baca Juga: Peneliti IPB: Rumput Laut Merah Jadi Solusi Pakan Ternak
Saran Guru Besar IPB agar Impor Pakan Ternak Bisa Ditekan

"Para pakar nutrisi juga membuktikan bahwa pemberian rumput laut merah ini tidak saja mengurangi gas metana secara drastis namun juga meningkatkan konversi pakan sapi sehingga sapi mengalami peningkatan peningkatan pertambahan bobot badan hariannya,” ucapnya.

Dari hasil penelitian meskipun jenis sapi berbeda tapi menghasilkan gas metana yang relatif sama.

"Tampaknya pengurangan gas metana dari industri peternakan ini akan lebih efektif jika didekati melalui inovasi teknologi pakan dibandingkan dengan teknologi pembibitan alami untuk menghasilkan jenis sapi yang menghasilkan gas metan yang lebih rendah,” tuturnya.