Berita Peternakan - Kista ovarium merupakan salah satu disfungsi ovarium yang paling umum terjadi pada sapi perah.
SariAgri - Kista ovarium merupakan salah satu disfungsi ovarium yang paling umum terjadi pada sapi perah. Faktanya, sekitar satu dari 10 sapi akan mengalami kistik di beberapa titik dalam hidupnya.
Gangguan reproduksi ini tidak hanya membuat frustrasi, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar, karena mengurangi kinerja reproduksi hewan.
Seorang ilmuwan Pennsylvania State University, Michael O'Conner, mendefinisikan kista folikel sebagai yang paling besar dari 17 mm, biasanya disertai dengan satu atau lebih struktur folikel besar lainnya dan tidak ada korpus luteum.
Sebuah folikel menjadi kistik ketika gagal berovulasi dan menetap di ovarium. Kista ini akan sering menghilang dengan permulaan siklus baru. Namun, sapi bisa menjadi kronis, yang berarti kista yang lebih tua diganti dengan yang baru.
Jika sobat agri curiga salah satu hewan peliharaan mengalami kistik, berikut beberapa gejala yang harus diperhatikan:
1. Anestrus, atau kurang panas, adalah tanda paling umum bahwa hewan mungkin mengalami kistik.
2. Pola perilaku estrus yang abnormal, termasuk estrus persisten atau interval estrus yang diperpendek, juga dapat menjadi indikator kista ovarium.
Hewan mana yang berisiko?
Mendiagnosis hewan kistik bisa menjadi sebuah tantangan, tapi hewan tertentu cenderung lebih berisiko daripada yang lain.
“Kondisi ini paling umum terjadi selama 60 hari pertama menyusui ketika sapi mengalami sebagian besar gangguan kesehatan dan berada di bawah tekanan metabolik,” kata O'Connor.
"Beberapa survei menunjukkan bahwa sapi yang mengalami masalah saat melahirkan, seperti kembaran, distosia, retensi plasenta, dan infeksi uterus, lebih mungkin mengalami disfungsi ovarium," imbuhnya.
Baca Juga: Kenali 3 Jenis Pakan Sapi Potong
7 Cara Mencegah Degradasi Fisik Sebelum Penyapihan Pedet
Selain itu, sapi yang lebih tua cenderung mengalami kista ovarium lebih sering dibandingkan sapi muda yang sedang dalam masa laktasi pertama atau kedua.
O’Connor juga mengingatkan, sapi yang dikondisikan secara berlebihan saat masa kering akan 2,5 kali lebih mungkin mengembangkan ovarium kistik setelah melahirkan dibandingkan dengan kawanan dalam kondisi rata-rata.
Pengobatan
Ketika merawat sapi perah yang mengalami kista ovarium, penting untuk mengetahui jenis kista yang dihadapi. Dokter hewan harus dapat mengetahui apakah kista itu folikuler atau luteal, karena kista luteal cenderung lebih besar dan lebih bergejala daripada kista folikel.
"Setiap jenis kista, folikel dan luteal, membutuhkan perawatan hormonal yang berbeda," kata O'Connor.
"Pecah atau aspirasi cairan secara manual dari kista adalah (yang paling tidak) efektif," tambahnya.
Salah satu metode paling umum untuk mengobati kista ovarium adalah dengan menggunakan hormon. Untuk kista folikel, biasanya menggunakan hormon pelepas gonadotropin (GnRH) atau produk seperti hormon luteinizing. Untuk kista luteal, produk prostaglandin (PG) cenderung paling efektif.
Dosis tunggal GnRH atau Human Chorionic Gonadotropin (hCG) diikuti oleh PG, tujuh hari kemudian juga merupakan strategi umum untuk mengobati kista, menurut O'Connor.
Meskipun pengobatan kista ovarium telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir, mendiagnosis jenis kista dengan benar masih bisa menjadi tantangan. Jika di dalam kawanan ternak Sobat Agri sering muncul hewan kistik secara rutin, Profesor O'Connor menawarkan beberapa tips.
"Memusnahkan sapi kistik kronis, lakukan strategi untuk menghindari sapi kering yang dikondisikan, dan memberikan ransum sapi transisi yang seimbang, tentu akan membantu meminimalkan masalah periparturient sehingga insiden ovarium kistik tetap rendah,” paparnya.
Hal penting lain yang perlu dilakukan adalah menerapkan praktik manajemen terbaik untuk mencegah dan memantau masalah terkait masalah melahirkan seperti kelahiran kembar, distosia, retensi plasenta, dan metritis.