Virus Nipah! Ancaman Pandemi Berikutnya

Editor: M Kautsar - Selasa, 2 Februari 2021 | 23:00 WIB
SariAgri - Ketika dunia dilanda pandemi Covid-19, para ilmuwan bekerja keras untuk memastikan virus nipah bukan lagi pandemi berikutnya.
Ketika mendeteksi Covid-19, Pemimpin Thai Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre (Lembaga Penelitian yang meneliti penyakit-penyakit infeksi baru) Supaporn Wacharapluesadee mendapati virus nipah yang dibawa oleh kelelawar buah sangat mengkhawatirkan.
Pada 3 Januari 2021 Thailand telah mencatat 8.955 kasus virus nipah dengan 65 kematian.
"Belum ada obatnya dan tingkat kematian berkisar 40 hingga 75 persen,” kata Wacharapluesadee, kepada BBC.
Setiap tahun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meninjau daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat pada kesehatan masyarakat. Virus nipah masuk dalam daftar 10 besar dengan jumlah wabah yang sudah terjadi di Asia.
Ada beberapa alasan virus nipah sangat begitu mengancam. Periode inkubasinya yang lama hingga 45 dalam satu kasus. Berarti memberi banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi lalu menyebarkannya.
Virus ini dapat menginfeksi banyak jenis hewan dan dapat menular dengan kontak langsung maupun konsumsi makanan yang terkontaminasi. Manusia dapat terpapar dengan Virus Nipah melalui kontak dengan kelelawar.
"Setiap interaksi manusia dengan kelelawar dapat dianggap sebagai interaksi berisiko tinggi,” kata Kepala Unit Virologi di Laboratorium Institut Pasteur, Veasna Duong di Phnom Penh.
"Dapat menyebabkan pandemi ketika virus bermutasi" kata dia.
Infeksi yang ditimbulkan jika terpapar pada manusia akan mengalami gejala-gejala pernapasan termasuk batuk, sakit tenggorokan, meriang dan ensefaitis, serta pembengkakakn otak yang dapat menyebabkan kematian.
Dari 2013 hingga 2016, Duong dan timnya meluncurkan program pemantauan GPS untuk memahami kelelawar buah dan virus nipah. Tim ini membandingkan aktivitas kelelawar dari Kamboja dan wilayah-wilayah lainnya.
Bangladesh dan India merupakan wilayah yang terdapat infeksi virus nipah. Kedua negara pernah mengalami wabah virus nipah.
Dari 11 wabah di Bangladesh dari 2001 hingga 2011, 196 orang dikonfirmasi terinfeksi virus nipah hingga menyebabkan 150 orang meninggal dunia.
Duong dan timnya sedang mencari dana untuk penelitian deteksi patogen mereka berikutnya, Salah satunya untuk mendukung pengawasan berkelanjutan terhadap kelelawar di Kamboja.
Mereka belum berhasil mendapatkan dana untuk melanjutkan penelitian tentang virus Nipah. Tanpa itu, kata mereka, wabah yang berpotensi bencana lebih mungkin terjadi.