Sapi Impor Mahal, Pedagang Sapi Garut Mulai Beralih ke Sapi Lokal

Sapi lokal di sebuah peternakan sapi (SariAgri/Arief L)

Editor: M Kautsar - Rabu, 20 Januari 2021 | 21:30 WIB

SariAgri - Kenaikan harga daging sapi impor saat ini, membuat pedagang daging sapi di Garut, Jawa Barat, mulai beralih menggunakan sapi lokal jenis peranakan ongole, sapi madura hingga Nusa Tenggara Timur (NTT)

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Garut, Sofyan Yani mengatakan, kelangkaan sapi impor terutama jenis Brahman Cross (BC) asal Australia, membuat harga sapi di Garut berangsur naik.

"Ada hikmahnya mungkin ini saatnya pamor sapi lokal naik kelas," ujarnya saat ditemui, Rabu (20/1).

Menurut Sofyan, kenaikan dan kelangkaan sapi impor BC sudah berlangsung dalam dua pekan terakhir, kondisi itu membuat pedagang dan usaha pemotongan sapi berputar otak untuk memenuhi kebutuhan.

"Mau tak mau ya pakai lokal atau daging sapi beku," kata dia.

Berdasarkan pantauan di beberapa Rumah Potong Hewan (RPH) di Garut, komposisi penggunaan sapi lokal sudah mencapai 50 persen menggantikan sapi impor. "Biasanya RPH di Wanaraja setiap hari motong lima sapi impor sekarang hanya tiga, yang dua ekor mulai pakai sapi lokal," ujar dia.

Menurutnya peralihan penggunaan sapi lokal oleh pedagang cukup beralasan, selain pasokan yang mulai berkurang, harga sapi asal negeri kangguru tersebut, terbilang mahal seiring naiknya nilai mata uang mereka.

"Dolar Amerika itu sedang turun, otomatis pembelian sapi dari Australia menjadi naik, sehingga berdampak pada nilai jual bagi importir," ujarnya.

Saat ini harga pembelian atau belanja sapi impor sudah berada di atas harga Rp115 ribu per kilogram, angka itu naik dari sebelumnua di angka Rp97 ribu per kilo gram.

Sementara harga daging sapi lokal masih berkisar di harga Rp97 ribu per kilogram, dari sebelumnya di harga Rp 95 ribu per kilogram.

"Selama pandemi ini kebutuhan untuk pasar Ciawitali (pasar induk) sekitar 4-5 ton sehari, belum yang lain," kata dia.

Sedangkan harga daging sapi beku impor dalam bentuk karkas dibanderol di angka Rp90 ribu per kilogram. "Awalnya berada di angka Rp85 ribu per kilogram," kata dia.

Seiring naiknya penggunaan sapi lokal, Sofyan berharap masyarakat bisa memanfaatkan kondisi itu untuk meningkatkan populasi sapi lokal, agar memberikan nilai kesejahteraan bagi masyarakat.

"Sekarang saatnya peternak lokal solid dan bersatu, dari Majalaya dan Cijapati (sapi impor) sudah tidak masuk sebab kehabisan stok," kata dia.