Ilmuwan Latih Anjing untuk Mengendus Virus Flu Burung pada Unggas

Ilustrasi anjing mengendus. (Pixabay)

Editor: Dera - Rabu, 20 Januari 2021 | 13:45 WIB

SariAgri - Glen J. Golden, Ilmuwan Riset dan Sarjana Universitas Negeri Colorado telah melatih anjing dan musang untuk mendeteksi flu burung pada burung, menjelaskan mengapa hewan tertentu sangat cocok untuk mengendus penyakit.

Beberapa hewan memiliki indera penciuman yang sangat berkembang, terutama anjing dan kerabat liar mereka seperti serigala coyote serta mustelida atau mamalia karnivora seperti musang dan berang-berang. Otak spesies ini memiliki tiga kali lebih banyak neuron reseptor penciuman fungsional seperti sel saraf yang merespons bau dibandingkan spesies lain.

Neuron ini bertanggung jawab untuk mendeteksi dan mengidentifikasi senyawa penciuman yang mudah menguap yang mengirimkan sinyal yang berarti, seperti asap dari api atau aroma daging segar.

Ketika salah satu hewan ini mendeteksi bau, sinyal kimiawi diterjemahkan menjadi pesan dan dikirim ke seluruh otaknya. Pesan-pesan tersebut masuk secara bersamaan ke korteks olfaktorius yang akan mengidentifikasi, melokalisasi dan mengingat bau ke wilayah otak lain yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan emosi.

Jadi, hewan ini dapat mendeteksi banyak sinyal kimiawi dari jarak yang jauh dan dapat membuat asosiasi mental yang cepat dan akurat tentangnya.

Dalam sebagian besar penelitian yang menggunakan anjing untuk mendeteksi kanker, anjing mampu mengidentifikasi sampel fisik, seperti kulit, urin, atau napas, dari pasien yang telah didiagnosis menderita kanker atau pasien yanng menderita kanker tapi tidak terdiagnosis pada tahap awal.

Berdasarkan hasil tersebut, para ilmuwan telah melatih anjing untuk mendeteksi flu burung pada unggas, seperti bebek liar dan ayam peliharaan, dalam studi kolaboratif antara Colorado State University dan National Wildlife Research Center yang saat ini sedang ditinjau untuk publikasi.

Untuk menghindari kebingungan tentang apa yang dideteksi oleh hewan terlatih, para ilmuwan mengajarkan respons perilaku yang berbeda untuk setiap bau target. Misalnya, anjing Layanan Margasatwa Departemen Pertanian AS merespons dengan peringatan agresif, seperti menggaruk, saat mereka mendeteksi sampel dari bebek yang terinfeksi flu burung.

Saat mereka mendeteksi sampel dari rusa berekor putih yang terinfeksi prion yang menyebabkan penyakit wasting kronis, mereka merespons dengan peringatan pasif seperti duduk.

Penelitian di University of Auburn telah menunjukkan bahwa anjing dapat mengingat dan merespons 72 bau selama menjalankan tugas memori bau. Satu-satunya batasan adalah berapa banyak cara anjing dapat berkomunikasi tentang isyarat bau yang berbeda.

Indra penciuman anjing setidaknya 1.000 kali lebih sensitif daripada perangkat mekanis apa pun. Ini dapat menjelaskan mengapa anjing mendeteksi kanker dalam sampel jaringan yang secara medis telah dibersihkan dari jaringan kanker.

Baca Juga: Ilmuwan Latih Anjing untuk Mengendus Virus Flu Burung pada Unggas
Peneliti Olah Limbah Peternakan Jadi Sumber Air Irigasi Alternatif

Pusat Penelitian Satwa Liar Nasional Departemen Pertanian AS di Colorado dan Monell Chemical Senses Center di Pennsylvania juga telah melatih musang dan tikus untuk mendeteksi flu burung dalam sampel tinja dari bebek yang terinfeksi.

Pendekatan ini mirip dengan cara anjing dilatih untuk mendeteksi bau tak sedap yang diketahui dalam bahan peledak atau obat-obatan terlarang.