Biofermentasi Tepung Daun Dadap, Solusi Alternatif Pakan Babi

Ilustrasi babi (Foto: Pixabay)

Editor: M Kautsar - Rabu, 9 Desember 2020 | 18:31 WIB

SariAgri - Budi daya ternak babi menjadi salah satu usaha yang dapat menunjang program pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani untuk perbaikan gizi masyarakat Indonesia.

Meskipun sebagian besar masyarakat Indonesia tidak mengkonsumsi produk yang berasal dari babi, akan tetapi babi adalah penyumbang sumber devisa. Babi merupakan komoditi ekspor ke Filipina, Thailand, Singapura, Taiwan, dan Hongkong.

Data dari Direktorat Jenderal peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2018, ekspor ternak babi dalam kurun waktu enam tahun terakhir terus meningkat. Tahun 2014 sebanyak 403.720 ekor babi yang di ekspor lalu naik menjadi 455.742 ekor di tahun 2018.

Akan tetapi ternak babi kerap terkendala tingginya harga bahan pakan yang sebagian besar berupa butiran (jagung, bungkil kedele, dedak padi). Serta sering bersaing dengan kebutuhan manusia sehingga ketersediannnya tidak berkesinambungan.

Oleh karenanya perl pembuatan pakan alternatif bisa untuk menekan biaya produksi.

Permasalahan tersebut menarik perhatian staf pengajar jurusan nutrisi dan makanan ternak Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, Stelly Novaria Rumerung untuk melakukan penelitian berjudul Biofermentasi tepung Daun Dadap (Erythrina variegata Linn.) dengan Pleurotus ostreatus dan Pengaruhnya Terhadap Penampilan Babi Lepas Sapih.

Menurutnya daun dadap yang murah, melimpah, dan mudah didapat bisa dijadikan pakan alternatif dalam ransum babi. tanaman leguminosa pohon dari suku fabaceae inimengandung protein sebesar 23-26 persen, gross energy 3902 kkal/kg, dan kadar komponen serat tinggi.

Di Indonesia selama ini pemanfaatan daun dadap sebagai pakan ternak ruminansia saja. Sedangkan pada ternak non ruminansia seperti babi, belum banyak digunakan. Mengingat  kemampuan babi terbatas dalam mencerna komponen serat.

Pada pembuatan pakan alternatif, daun dadap difermentasi subsrat padat dan ditambahkan jamur pleurotus ostreatus. Sehingga dapat mendegradasi komponen serat (hemiselulosa, selulosa, lignin) agar mudah dicerna dan memaksimalkan pertumbuhan ternak babi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Jamur pleurotus ostreatus menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat mendegradasi lignin secara efektif.

Pada proses penelitian Stelly melakukan dua tahapan yang bertujuan untuk menganalisis level inokulum dan waktu inkubasi terbaik dalam proses fermentasi tepung daun dadap dengan jamur Pleurotus ostreatus. Selanjutnya ditentukan kandungan nutrien terbaik dari tepung daun dadap fermentasi.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian itu adalah jamur pleurotus ostreatus dapat mendegradasi tepung daun dadap dalam proses fermentasi padat dengan waktu inkubasi tujuh hari. Hasil fermentasi ini meningkatkan kadar protein kasar, gross energi dan menurunkan kadar serat kasar, lemak kasar serta komponen serat.

Secara kualitas, penggunaan tepung daun dadap fermentasi dalam pakan sampai 15 persen, tidak mempengaruhi persentase karkas, daya mengikat air, dan tebal lemak punggung.

Tetapi menurunkan susut masak daging dan kadar kolesterol daging. Maka dapat memperbaiki penampilan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga direkomendasikan sebagai bahan pakan alternatif pada ternak babi.