Hummus, Sajian Timur Tengah yang Diujicoba Jadi Pakan Sapi

Ilustrasi sapi perah (Pixabay)

Editor: Dera - Sabtu, 21 November 2020 | 11:00 WIB

SariAgri - Hummus adalah hidangan saus, pasta atau selai yang terbuat dari chickpea atau kacang arab tumbuk yang dimasak, dicampur dengan tahini, jus lemon dan bawang putih.

Makanan ini populer di Timur Tengah dan di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara dan Eropa. Kini, hummus juga menjadi hidangan populer bagi konsumen baru, yakni kawanan sapi.

Dr. Peiqiang Yu, Seorang Profesor di Universitas Saskatchewan (USask), Kanada mengatakan seiring dengan peningkatan produksi kacang arab di seluruh dunia, tanaman yang dianggap berkualitas buruk dan tidak cocok untuk konsumsi manusia tersebut didaur ulang menjadi pakan ternak sebagai pengganti bungkil kedelai dan biji-bijian.

“Namun hingga saat ini informasi mengenai nilai gizi kacang yang baru dikembangkan sebagai pakan ternak ruminansia ini masih terbatas,” ujarnya.

Dalam sebuah studi baru-baru ini, Yu dan rekannya menunjukkan bahwa Canadian Light Source (CLS) di USask dapat secara efektif menggambarkan struktur molekul biji kacang arab atau chickpea untuk menentukan varietas mana yang memiliki nilai gizi tertinggi dan paling baik digunakan sebagai pakan untuk sapi potong dan sapi perah.

Hummus, makanan yang terbuat dari kacang arab. (drovers.com)
Hummus, makanan yang terbuat dari kacang arab. (drovers.com)

Yu dan rekannya mempelajari CDC Cory, kacang arab baru yang dibudidayakan oleh Pusat Pengembangan Tanaman di USask, dengan sampel benih yang disediakan oleh peternak Dr. Bunyamin Tar'an.

Dengan menggunakan garis sinar Mid-IR, para peneliti mencitrakan distribusi senyawa kimia seperti protein, lipid dan karbohidrat di jaringan kacang arab dalam peningkatan ukuran piksel. Dia mengatakan beamline CLS menawarkan keuntungan khusus karena tidak merusak.

“Informasi ini dapat digunakan untuk memilih varietas unggul kacang arab dan untuk memprediksi nilai gizi," kata Yu.

“Tidak seperti kimia basah yang umum digunakan, teknik ini mempertahankan struktur mikro intrinsik sampel dan dapat mendeteksi informasi kimia ultra-struktural dalam dimensi seluler," sambungnya.

Arti penting dari penelitian ini adalah menunjukkan bagaimana teknik sinkrotron dapat menawarkan wawasan tentang tanaman mana yang terbaik sebelum diproduksi dalam skala massal. Dalam hal ini, analisis akan membantu memastikan sapi dapat menikmati hummus yang tidak hanya lezat, tetapi juga bergizi.

“Mengukur struktur molekul yang melekat sangat penting untuk memahami variasi dalam pencernaan nutrisi dan pemanfaatan saat kacang arab digunakan dalam pakan ternak,”ungkapnya.

Baca Juga: Hummus, Sajian Timur Tengah yang Diujicoba Jadi Pakan Sapi
Petani Namibia Kembangkan Pupuk Alami untuk Bertani di Gurun

Di masa depan, tim berencana untuk menyelidiki bagaimana teknik pemrosesan kacang arab yang berbeda seperti pemanasan kering, pemanasan lembab, dan iradiasi gelombang mikro memengaruhi komponen nutrisi internal.

“Informasi ini dapat menjadi manfaat yang luar biasa bagi para pemulia, penanam dan operasi pengolahan kacang arab, dan untuk pakan ternak dan industri ekspor di Kanada,” kata Yu. (Sariagri/Marthin)