Produk Unggas Indonesia Tidak Kompetitif, Ini Saran Indef untuk Kementan

Peternakan unggas (Antara)

Editor: Dera - Rabu, 11 November 2020 | 15:30 WIB

SariAgri - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menyarankan Kementerian pertanian memiliki data termutakhir (real time) terkait industri perunggasan.

Menurut Tauhid, data keseimbangan supply-demand terutama pada bibit ayam (day old chicken/DOC) menjadi krusial guna memberikan referensi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat, terutama dalam mengatasi kelebihan produksi DOC.

"Data menjadi informasi penting dalam rangka pengaturan kebijakan, misalnya jumlah DOC, berapa data kandang, karkhas, parent stock. Namun, karena informasi yang asimatris, membuat situasi pengambilan keputusan menjadi tidak tepat atau terlambat," kata Tauhid dalam Webinar, Rabu (11/11).

Tauhid menjelaskan bahwa dari sisi permintaan dan penawaran DOC broiler/ayam potong, cenderung mengalami kelebihan produksi, berdasarkan data BPS tahun 2012-2016.

Ia menilai bahwa kebijakan pengaturan DOC belum efektif dilakukan, karena adanya ketergantungan dari perusahaan kecil dan peternak mandiri, serta situasi informasi pasar yang sulit dipastikan karena tidak didukung data mutakhir.

Oleh karena itu, Tauhid mendukung perlunya data real time dari masing-masing pelaku industri perunggasan guna mengetahui keseimbangan permintaan dan penawaran, khususnya pada DOC.

Meski begitu, BPS mulai mengeluarkan proyeksi demand DOC sejak Januari 2020 untuk mendukung penyediaan informasi kebutuhan DOC. Selain data, Indef juga merekomendasikan peningkatan efektivitas kebijakan dan efisiensi dalam penyediaan pakan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Produk Unggas Indonesia Tidak Kompetitif, Ini Saran Indef untuk Kementan
Pupuk Organik dari Limbah Air Kelapa Karya Inovatif ITS

Ia menambahkan bahwa produk unggas Indonesia tidak kompetitif, karena dipengaruhi tingginya biaya pakan dan ketergantungan pada gandum, sebagai bahan substitusi yang juga harus diimpor.

"Yang penting adalah dukungan penyediaan pakan karena masalah ketergantungan impor pakan ini menjadi krusial," kata Tauhid.