Berawal dari Ingin Dapat Uang Jajan, Eko Sukses Menjadi EO Kontes Burung

Ilustrasi burung murai batu (Pixabay)

Editor: Arif Sodhiq - Selasa, 20 Oktober 2020 | 22:45 WIB

SariAgri - Eko Andrianto merupakan salah seorang yang menekuni hobi memelihara burung. Kecintaan Eko pada burung mengikuti jejak ayahnya yang juga penggemar burung. Tidak hanya memelihara burung, Eko telah beberapa kali mengadakan lomba burung tingkat nasional.

"Kebetulan dari kecil udah dicekokin burung sama bapak dan kebetulan juga bapak dulu pengurus Pelestari Burung Indonesia (PBI) organisasi perburungan tertua di Indonesia. Jadi dari kecil udah dicekokun burung sama orangtua. Ibaratnya, kalau mau dapat uang jajan ya harus ngurusin burung dulu," ujarnya saat dihubungi SariAgri.id, Senin (19/10/2020).

Eko sudah akrab dengan cara merawat burung sejak masih remaja. Dia sudah kenyang dengan suka dan duka dalam memelihara burung.

"Lebih enaknya kalau merawat burung apalagi murai batu yang paling bergengsi diantara burung lain. Kalau burung murai batu menang di lomba, itu kepuasan batin tersendiri karena kan kita yang ngerawat. Ngerawat burung kan susah," jelasnya.

Eko mengatakan kunci dalam memelihara burung adalah sabar dan telaten. Selain itu juga harus ada chemistry dengan unggas peliharaannya.

"Kesulitan ngerawat burung itu harus sabar sama telaten. Terus ini kan ngerawat makhluk hidup ya jadi ada chemistry antara yang punya dengan peliharaannya. Sama kaya pelihara anjing atau kucing," lanjutnya.

Selain memelihara burung, sejak remaja Eko udah diajari ayahnya bagaimana caranya menggelar kontes burung.

"Saya belajar bikin lomba burung itu udah dari zaman sekolah SMA karena bapak saya memang sudah mengajarkan langkah membuat lomba burung. Karena awalnya dari bapak saya, jadi pas gabung kenalnya sama teman-teman bapak saya. Jadi temenannya sama yang lebih tua," katanya.

Dikatakan Eko, salah satu kendala dalam menyelenggarakan kontes burung adalah birokrasi. Selain itu juga perilaku penggemar burung yang sudah berubah dari awalnya sekadar hobi menjadi bisnis.

"Ini kan awalnya hobi, tapi belakngan jadi kaya bisnis. Jadi lomba burung sekarang beda banget sama lomba burung zaman dulu karena hadiahnya beda. Kalau lomba tahun 90-an hadiahnya cuma piala dan piagam. Tahun 2001 - 2006 hadiahnya elektronik, terus kesininya dari 2006 - saat ini sudah berubah hadiahnya uang," jelasnya.

Seiring berkembangnya zaman, untuk menggelar kontes burung semakin sulit. Kondisi ini diperparah dengan potensi konflik antara suporter dengan juri.

"Kita harus membaca orang. Terus ada tim suporter dan mereka sering komplain. Sekarang lomba burung sering terjadi konflik. Terus ada yang menghalalkan segala cara, seperti menyuap juri dan praktik-praktik curang kaya kedekatan dengan juri dan lainnya," katanya.

Baca Juga: Berawal dari Ingin Dapat Uang Jajan, Eko Sukses Menjadi EO Kontes Burung
Petugas Karantina Surabaya Gagalkan Penyelundupan 220 Burung

Kedepannya, Eko berharap lomba burung lebih kondusif dan bebas dari praktik kecurangan. Meski sulit diwujudkan, Eko tetap berharap pada suatu hari nanti keinginannya akan menjadi kenyataan. 

"Saya ingin ada lomba yang kondusif tanpa ada komplain. Lomba yang berkualitas akan menghasilkan burung berkualitas dan menghasilkan juara yang berkualitas. Jadi bikin lomba yang jadi bahan percontohan dan jurinya juga yang bersih dan bebas KKN dan tidak kena intervensi dari pihak lain. Tapi kayanya sulit," pungkasnya. (Istihanah Soejoethi)