Berita peternakan - Ayam yang diberi formula jamu lebih tahan terhadap cocci, terlihat dari sekum yang sehat.
SariAgri - Penyakit koksidiosis atau berak darah pada ayam mudah berkembang di Indonesia. Sebab, iklim tropis sesuai dengan suhu optimum untuk perkembangan eimeria yaitu 21 derajat Celcius hingga 32 derajat Celcius, disertai kelembaban yang cukup.
Saat ini tindakan untuk menanggulangi penyakit tersebut banyak dilakukan dengan memakai koksidistat. Namun pemakaian obat kimia yang terus menerus menimbulkan resistensi dan residu pada daging dan telur ayam.
Perlu alternatif lain untuk mengatasi koksidiosis dengan cara yang lebih aman, yakni menggunakan bahan-bahan herbal.
Mengutip laman Kementerian Pertanian, tanaman obat seperti empon-empon, sirih, sambiloto, meniran diketahui memiliki aktivitas anti parasit dan bersifat sebagai imunomodulator pada manusia juga bisa dimanfaatkan untuk ayam. Beberapa tanaman obat mampu meningkatkan produksi sitokin, yakni protein ekstra seluler yang berperan sebagai regulator dan mobilisator intersel (interleukin, interferon dan kemokin) yang memiliki aktivitas antiparasit.
Pada penelitian 2010 didadapatkan bahan baku utama yakni jahe merah (kandungan gingerol 0,18 persen), temulawak (kandungan kurkumin 0,24 persen, temu ireng (kandungan kurkumin 0,07 persen) dari Sukabumi dan Sambiloto (kandungan andrografolid 2,10 persen) dari Sukohardjo.
Kemudian dari bahan-bahan herbal tadi dibentuklah sebuah formula jamu ternak untuk anticocci. Formulanya terdiri dari nonfermentasi dan fermentasi yang ternyata kedua-duanya sangat efektif melawan kokdiosis.
Pada 2011, dilakukan aplikasi formula herbal tersebut pada tenak ayam. Dan hasilnya, jamu ternak berbasis tanaman obat untuk unggas ayam tersebut bersifat anticocci dan bisa meningkatkan imunitas terhadap penyakit kokdiosis serta sekaligus dapat meningkatkan produktivitas.
Ayam yang diberi formula jamu lebih tahan terhadap cocci, terlihat dari sekum yang sehat. Sekum yang tidak sehat terdapat pendarahan di permukaan dalam.
Sementara menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada beberapa ramuan herbal yang bisa mengatasi kokdiosis. Beberapa ramuan itu yakni, ekstrak urang-aring (Eclipta alba) yang mengandung kumarin pada konsentrasi 120 ppm yang efektif sebagai agen profilaksis koksidia.
Kenikir (Cosmos caudatus) yang mengandung saponin, alkaloid, steroid dan flavonoid pada batang dan daun, serta fenol (daun) dan terpenoid pada daunnya.
Daun mengkudu yang mengandung vitamin C, terpenoid, alkaloid, anthraquinone, asam amino, flavone glycoside, linoleic acid, rutin dan iridoid glycoside yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Kandungan saponin dalam mengkudu dapat berfungsi sebagai koksidiostat.
Bahan herbal lainnya adalah ekstrak air kulit kayu pinus dengan kandungan tanin 35 persen yang dapat mengurangi sporulasi ookista E. tenella secara signifikan. (Sariagri.id/Marthin)