Gawat! Virus yang Bisa Sebabkan Kematian Kini Ancam Australia

Ilustrasi Kelelawar (Pixabay)

Editor: Dera - Jumat, 18 November 2022 | 19:15 WIB

Virus Nipah telah menyebabkan satu juta babi dan seratus orang meninggal di Malaysia pada wabah tahun 1999, dan sekarang virus itu berada di ‘ambang pintu’ Australia.

Virus yang dibawa oleh kelelawar itu berakibat fatal bagi 40 hingga 75 persen manusia, dan sekitar 40 persen babi, seperti diberitakan ABC NewsMeskipun risikonya dianggap rendah, wabah itu dapat berdampak buruk jika sampai ke Australia.

Virus Nipah saat ini ditemukan pada populasi kelelawar buah di daratan Asia, dengan wabah sebelumnya di Malaysia dan Singapura. Sementara Bangladesh dan India diketahui memiliki wabah Nipah hampir setiap tahun.

Ahli epidemiologi veteriner di Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia, Andrew Breed, mengatakan perubahan habitat karena perambahan manusia mendorong kelelawar ke wilayah baru, baik di Asia maupun di Australia.

Di berbagai belahan dunia, beberapa spesies kelelawar buah besar menemukan daerah perkotaan dan pedesaan yang dapat mereka adaptasi untuk bertahan hidup, terangnya.

Di Australia selama satu abad terakhir, perubahan besar dalam distribusi kelelawar buah telah diamati karena perubahan penggunaan lahan.

Pada 1930-an, Black Flying Fox tidak muncul lebih jauh ke selatan di Queensland daripada wilayah Maryborough, tetapi pada 1960-an ada bukti jelas di Brisbane, katanya.

Dan pada tahun 2000-an, tambah Breed, ditemukan sejauh selatan Sydney.

Virus yang mirip dengan Nipah telah ditemukan pada populasi kelelawar di Papua Nugini, dengan bukti kelelawar dapat bermigrasi dari Papua melalui Selat Torres ke Australia.

Kami tahu bahwa kelelawar buah dapat terbang melintasi Selat Torres, kami telah mengamatinya menggunakan pemancar satelit,” imbuh Breed.

Dia menyebut penyebaran penyakit dari kelelawar ke ternak atau manusia terjadi ketika sistem tempat mereka hidup terganggu oleh aktivitas manusia, yang menyebabkan stres.

Kita perlu menemukan cara untuk meminimalkan dan menghindari tekanan pada populasi hewan liar, katanya.

Namun, Breed juga menggarisbawahi bahwa kelelawar memainkan peran penting dalam ekosistem. Hewan tersebut mengendalikan populasi serangga, termasuk hama pertanian, serta berperan penting dalam penyerbukan bunga dan penyebaran benih.

Penelitian Terbatas

Meskipun Nipah memiliki tingkat kematian yang tinggi pada manusia, wabah itu tidak dianggap sebagai ancaman biosekuriti seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit kulit kental (LSD).

Breed menjelaskan ada dua alasan untuk itu. Pertama, Nipah tidak akan berdampak besar pada sektor peternakan.

FMD dan LSD mempengaruhi ternak, dan jika mereka memasuki populasi Australia, akan ada dampak ekonomi yang parah dalam hal perdagangan, katanya.

Baca Juga: Gawat! Virus yang Bisa Sebabkan Kematian Kini Ancam Australia
Waspada! Pakar Unair Sebut Virus Nipah Bisa Akibatkan Pandemi Jilid 2

Kedua, tambah Breed, PMK dan LSD bergerak melintasi Asia dan lebih dekat ke Australia, tetapi belum ada bukti pergerakan serupa untuk Nipah.

Namun, wilayah Indonesia, Malaysia, dan pulau-pulau yang dekat dengan Australia belum dipelajari dengan baik.

“(Penelitian) terbatas jika kita berbicara tentang Nipah dan bagaimana penyakit itu terjadi di wilayah itu,” tambah Breed.

Dia menyebut pola penyebaran pada manusia selama ini sporadis, tanpa tren yang jelas.