Bebas Sampah, NTB Tingkatkan Budi Daya Larva BSF dan Agrowisata

Warga Lombok Barat budidaya Maggot atau Black Shoulder Fly. (Sariagri/Yongki)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Kamis, 6 Oktober 2022 | 15:30 WIB

Sariagri - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjalin kerjasama dengan Universitas Bakrie dalam mengintegrasikan Zerowaste melalui Program Black Shoulder Fly (BSF) dan Agroeduwisata. Penandatangan Nota Kesepahaman dan launching Program tersebut digelar di Hotel Lombok Raya Mataram, Rabu (5/10/2022).

Acara tersebut, dihadiri langsung oleh Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah, Wakil Rektor II U-Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan, perwakilan mitra program Dompet Dhuafa, BRIDA NTB, Kepala Dinas LHK NTB, Kepala Dinas Pertanian NTB, Kepala Dinas Kominfotik NTB, Kepala Dinas Pendidikan NTB, serta berbagai stake holder terkait.

Selain melaunching Program Integrasi Zero Waste dan Agrowisata, acara tersebut dirangkaikan dengan pelatihan kepada kelompok peternak dan petani binaan terkait Pertanian Berkelanjutan melalui Budidaya Larva BSF.

Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah mengatakan program integrasi Zerowaste dengan Agrowisata ini merupakan ikhtiar jangka panjang untuk mewujudkan NTB Bersih dan Hijau. Program budidaya Magot BSF sendiri dijelaskan Wagub telah ditekuni Provinsi NTB dan rumah budidayanya tersebar di beberapa lokasi.

Namun kata Umi Rohmi (Sapaan Akrabnya, yang menjadi PR bersama adalah bagaimana menjadikan Magot BSF ini sebagai industri yang selain dapat menjadi solusi masalah sampah, juga dapat mensejahterakan masyarakat. 

"Khusus untuk maggot itu sendiri sudah banyak di NTB, dan rumah maggot sudah ada di Lingsar, tapi memang bagaimana menjadikannya menjadi industri itu belum, inilah sekarang ada Universitas Bakrie serta bekerjasama dengan Dompet Dhuafa," imbuhnya. 

Menurutnya, BSF betul betul bisa menjadi solusi sampah organik, menghasilkan pakan ternak, dan pupuk organik yang banyak dibutuhkan. 

kata Rohmi, Pekerjaan menyelesaikan permasalahan sampah bukanlah pekerjaan instan yang dapat diselesaikan dalam beberapa waktu saja. Meski membutuhkan waktu, Pemprov NTB telah berani mengambil langkah-langkah yang tujuan akhirnya dapat membuat NTB menjadi daerah bebas sampah yang bersih, asri dan lestari. 

"Kalau orang membangun gedung, membanguin jembatan, membangun jalan, enam bulan bisa keliatan hasilnya. Tapi kalau kita bicara masalah lingkungan bicara mindset kemudian berbicara pemberdayaan  masyarakat itu hal yang tidak mudah. Tapi kita harus maju, kita harus gagas karena kalau tidak kemudian kapan kita akan berpikir tentang itu," tutur Wagub. 

Sementara itu, Wakil Rektor II U-Bakrie, Muhammad Tri Andika Kurniawan, mengungkapkan senang bisa bekerja sama dengan Pemprov NTB dalam pengelolaan sampah. Universitas Bakrie juga menawarkan NTB untuk bekerjasama di bidang pendidikan.

“Kami memilih NTB sebagai mitra kami. Kami siap pendampingan inovasi magot dan pengelolaan sampah. Kami juga tawarkan kerjasama bidang pendidikan. Kami ada program S1 dan S2,” ujarnya. 

Di waktu yang sama Ketua Matching Fund Kedaireka 2022 Universitas Bakrie, Deffi Ayu Puspito Sari menjelaskan lebih jauh terkait Agrowisata. 

Baca Juga: Bebas Sampah, NTB Tingkatkan Budi Daya Larva BSF dan Agrowisata
Mengenal Keistimewaan Larva, Si Pengurai Sampah Organik

Ia juga menjelaskan, ada 6 pelatihan yang akan diberikan kepada kelompok peternak dan petani binaan. Hilirisasi produk akan terus  dioptimalkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Produk pupuk organik yang dihasilkan akan digunakan oleh mitra matching fund Universitas Bakrie yaitu Dompet Dhuafa dalam program 1000 ha ketahanan pangan yang mana 100 ha terdapat di NTB.

"Untuk tahun 2022 ini, pada Program Kedaireka dengan mitra Dompet Dhuafa, kami akan membangun instalasi budidaya BSF di BRIDA NTB yang juga digunakan sebagai agroeduwisata, agar lebih banyak kalangan masyarakat dapat melihat budidaya BSF sebagai penanggulangan masalah sampah, mitigasi dampak perubahan iklim, mewujudkan zero waste dan sirkular ekonomi," jelasnya.