Wajib Tahu, Ini 4 Sistem Produksi Telur pada Ternak Ayam Kampung

Penulis: Tanti Malasari, Editor: Dera - Rabu, 21 September 2022 | 11:00 WIB
Sariagri - Penggemar ayam kampung di Indonesia, tak kalah banyak dengan penggemar ayam ras. Selain dinilai lebih sehat, ayam kampung memiliki rasa yang sangat gurih ketimbang ayam ras. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ayam kampung memiliki potensi untuk dikembangkan khususnya bagi peternak di pedesaan.
Biasanya ayam kampung menjadi hewan ternak yang dipelihara sebagai usaha sampingan. Ayam ini dibiarkan lepas di halaman rumah, kebun, dan tempat sekitar kampung. Bagi masyarakat pedesaan, ayam kampung juga menjadi asset atau tabungan hidup karena sewaktu-waktu dapat dijual dengan mudah.
Jika ditekuni dengan serius, sebenarnya prospek ternak ayam kampung ke depannya memiliki keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan ternak ayam ras. Ditambah lagi, khasiat dari telur dari ayam kampung ini banyak diburu guna menjaga kesehatan tubuh.
Sistem produksi telur ayam kampung
Meski terdengar mudah memeliharanya, ternyata dalam pengembangannya, ternak ayam kampung juga terdapat sejumlah hambatan yang ditemui.
Hambatan atau kendala yang biasanya terjadi adalah produktivitasnya yang sangat rendah, sistem pemeliharaan yang masih tradisional, serangan penyakit ND (tetelo), dan tata laksana reproduksi sebelum dilaksanakan.
Di bawah ini adalah 4 sistem pengaturan reproduksi ayam kampung, diantaranya:
1. Sistem bebas
Sistem pertama dikenal dengan nama sistem bebas. Sistem ini memiliki pengertian bahwa siklus reproduksi ayam kampung dibiarkan berlangsung secara alami. Hal ini sangat bergantung pada naluri dari induk ayam untuk melepas atau menyapih anaknya.
Secara umum, siklus reproduksi sebelum ternak bertelur kembali bisa mencapai 126 hari. Tentu saja ini waktu yang bisa dikatakan berjalan lambat.
Sebagi informasi masa bertelur pada ayam kampung yakni 20 hari, dengan masa mengeram 21 hari, masa mengasuh anak 65 hari, dan masa istirahat 20 hari. Dengan demikian dalam setahun ayam kampung hanya mampu bereproduksi 3 kali dengan jumlah menghasilkan telur sebanyak 45 butir.
2. Sistem semi ekstensif
Sistem kedua adalah semi ekstensif, dimana dalam melakukan sistem ini, manusia ikut campur dalam mengatur reproduksi ayam. Cara mudahnya yaitu dengan membatasi atau memperpendek waktu atau masa mengasuh anak.
Siklus reproduksi pada sistem semi-ekstensif memerlukan waktu 90 hari, yang terdiri dari masa bertelur 20 hari, masa mengeram 21 hari, masa mengasuh anak 39 hari, dan masa istirahat 10 hari. Sehingga dengan sistem ini, dalam ayam kampung mampu bereproduksi 4 kali dalam setahun, dengan jumlah produksi telur sebanyak 60 butir.
3. Sistem semi intensif
Sistem semi intensif dinilai sangat cocok untuk pemeliharaan ayam kampung di pedesaan. Pasalnya sistem ini dinilai lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan biaya tambahan dan peralatan tambahan seperti induk buatan tidak diperlukan.
Secara garis besar, sistem ini hampir sama dengan sistem semi ekstensif. Perbedaannya hanya terletak pada masa mengasuh anak dan masa istirahatnya yang lebih dipersingkat.
Dalam sistem ini, siklus reproduksi memerlukan waktu 65 hari, dengan masa bertelur 20 hari, masa mengeram 21 hari, masa mengasuh anak 19 hari, dan masa istirahat 5 hari. Maka, dalam setahun ayam mampu bereproduksi sebanyak 6 kali dengan jumlah telur 90 butir.
4. Sistem intensif
Terakhir adalah sistem intensif, dimana dalam sistem ini, pengaturan reproduksi induk ayam sangat ketat. Sistem ini biasanya digunakan pada bisnis telur ayam kampung berskala besar. Sang induk, hanya bertugas menghasil telur,
Sistem ini memiliki siklus reproduksi yang sangat pendek. Tidak ada masa mengeram dan mengasuh anak karena setiap harinya telur akan diambil. Proses penetasan telur pun dilakukan dengan menggunakan bantuan alat.
Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 4 Sistem Produksi Telur pada Ternak Ayam KampungKetahui Cara Ternak Ayam Petelur Sejak Awal Hingga Panen
Urutan siklus reproduksi dengan sistem ini, yaitu masa bertelur 20 hari, masa istirahat 10 hari, sehingga dalam setahun ayam mampu bereproduksi 10 kali, dengan jumlah produksi yang besar mencapai 180 butir.
Namun kelemahan sistem ini yaitu kemampuan bertelur ayam kampung sangat terbatas. Induk ayam secara tidak langsung dipaksa untuk bertelur secara terus-menerus setiap hari. Hal itu dapat mengganggu kesehatan induk ayam.